Skip to main content

Menuju Karangtina di Wisma Atlet (Part I)



Waktu di jam tangan saya menunjukkan pukul 15:10 WIB, Pesawat dari Middle East hampir mendarat di Bandara Soekarno Hatta. Selama 1 jam terakhir saya sibuk mencari informasi menggunakan Wi-Fi Onboard mengenai karangtina dan test Swab yang diwajibkan bagi semua WNI yang datang dari Luar negeri ke Indonesia, informasi ini pun baru saya ketahui karena 1 minggu sebelumnya di bandara hanya dilakukan Rapid test saja dan 2 minggu sebelumnya bahkan lebih ringan lagi dimana hanya dilakukan pengecekan suhu tubuh. Dari keseluruhan informasi yang saya baca, belum ada satupun cerita pengalaman mengenai test swab yang dilakukan di Wisma Atlet.

Setelah pesawat mendarat, saya melihat keluar jendela dan pesawat sedang menuju ke terminal 3 kedatangan di Soekarno Hatta, kami penumpang turun satu per satu dan berjalan di dalam corridor. Sebelum sampai di Loket imigrasi, ternyata sudah ada bangku bangku berjajar kebelakang dan kami diwajibkan untuk duduk disana. Kami harus memasuki pos demi pos sebelum bisa keluar dari bandara Soekarno Hatta.

Pos I = Pengisian Formulir



Pada pos ini, saya diberikan Kartu kuning, Pengantar Karangtina, dan Formulir pengecekan suhu tubuh serta denyut nadi yang harus diisikan. Saya mulai bingung kenapa harus ada pengantar karangtina ? apakah jika hasil rapid test saya negative, saya tetap dikirim karangtina ke Wisma Atlet?

Satu per satu penumpang diukur suhu tubuh menggunakan remote pengukur suhu, kemudian jari kami dipasang alat untuk mengukur denyut nadi. Setelah selesai, petugas mengecek formulir dan mempersilahkan kami berjalan ke pos berikutnya.

Pos II = Pengambilan darah untuk Rapid Test
Antri di Pos II ini lumayan panjang, setelah sampai di depan petugas, petugas melakukan wawancara singkat dari negara mana kita melakukan travel, berapa lama di Luar negeri, kemudian jari telunjuk dibersihkan dan petugasnya bilang, “Agak sakit sedikit ditahan ya.” Alat seperti pin jarum ditusukkan ke telunjuk dan keluar darah yang kemudian dimasukkan di alat Rapid test untuk dibaca apakah hasilnya Reaktif ataupun Non Reaktif.

Jika Non Reaktif maka tidak ada antibodi di dalam tubuh yang artinya kita tidak sedang sakit, namun jika hasilnya Reaktif maka ada antibodi yang sedang dikeluarkan di dalam tubuh yang menandakan kita sedang sakit walaupun sakit yang diderita belum tentu karena Corona.

Petugas berkata ke saya,”Hasilnya ditunggu di pos III, anda bisa berjalan lagi ke pos berikutnya dan duduk disana y pak.”


Pos III = Penjelasan hasil Rapid Test dan Pengantar Karangtina


Setelah sampai di pos tiga. Saya duduk dan menunggu nama kami disebutkan satu per satu untuk maju ke petugas yang ada di meja depan. Saya menunggu sekitar 10 menit dan nama saya disebutkan untuk maju. Petugas nya sudah cukup berumur dan mulai menjelaskan bahwa hasil Rapid Test saya Non Reaktif (Negatif) namun saya tetap harus dikarangtina di Wisma atlet untuk dilakukan Swab test dan menunggu sampai hasilnya keluar.

“Bu, kalau hasil Rapid Test saya Negatif, kenapa saya harus Swab test lagi? Apalagi harus di Wisma Atlet, kan disana banyak yang positif.”

Petugas: “Semua WNI dari Luar Negeri wajib dilakukan swab test pak, bapak harus ke Wisma atlet dan menunggu hasil Swab test sekitar 3-4 hari. Tower wisma atlet juga sudah dipisah antara pasien yang positif dan pasien yang sedang dalam karangtina menunggu hasil swab.”

“Kok bisa bu, seharusnya kalau Rapid test Negatif, tidak perlu dilakukan Swab test lagi selama kami diwajibkan menjalani isolasi mandiri selama 14 hari di daerah masing masing .”

Petugas: “Tidak bisa pak, itu sudah peraturan yang ada saat ini.”

Karena saya sudah kesal, saya pun berjalan meninggalkan pos III. Saya cukup kecewa pada saat itu, mengapa semua WNI yang memiliki rapid test negatif tetap perlu mengambil dan menunggu Swab test yang hasilnya bisa sekitar 3-4 hari. Untuk bisa pulang dari  luar negeri saja sudah cukup lama menunggu nya karena beberapa minggu sebelumnya Indonesia lockdown. Kemudian setelah bandara Internasional dibuka, kami masih harus dikarangtina lagi dan masih harus menunggu hasilnya bahkan di tempat yang beresiko ada pasien yang positif corona.

(***)

Setelah dari pos III, saya menuju ke Loket imigrasi. Disana ada dua bagian loket imigrasi dimana di bagian kiri adalah loket bagi WNI yang telah memiliki hasil Swab Test (PCR), sedangkan di bagian kanan adalah loket bagi WNI yang belum memiliki hasil Swab Test (Non PCR). Saya berjalan menuju loket yang ada di sebelah kanan yaitu loket Non PCR.
Petugas imigrasi tidak banyak bertanya dan mengecap stempel yang ada di passport saya. Namun setelah imigrasi, sudah ada beberapa Tentara yang mengarahkan saya ke loket dimana bapak tentara meminta passport saya dan menjelaskan bahwa passport akan dikembalikan setelah saya mendapatkan hasil Swab test dan hasilnya negatif.

Saya berdebat cukup Panjang disini dengan bapak tentara.

“Pak, Kalau saya sudah mengambil Swab test dan menunggu hasil, saya tidak perlu menunggu di Wisma Atlet dong, saya mau cari hotel sendiri.”

Petugas = “Bapak nanti tanya saja ke petugas yang ada di Wisma Atlet, namun saat ini semua WNI dikarangtina di Wisma Atlet Pademangan .”

“Masa semua harus  dikarangtina di Wisma Atlet pak? Rapid Test saya kan negatif. Saya mau cari Hotel sendiri. Kita tidak tahu siapa yang negatif dan siapa yang positif di Wisma Atlet. Jangan-jangan nanti saya yang sehat dan tidak ada gejala, malah bisa beresiko menjadi positif.”

Petugas = “Bapak ke Wisma Atlet dulu ya, nanti ditanyakan saja ke petugas yang ada disana.
(****)


Saya dan teman teman kantor yang berjumlah tiga orang masih berusaha supaya kita jangan sampai dikarangtina di Wisma atlet, kamipun kemudian berjalan ke arah pengambilan tas dan mengambil tas kami masing masing.

Setelah keluar dari bandara Soetta terminal 3, tentara mengarahkan kami untuk berjalan ke arah bus yang ada di ujung kiri dari bandara. Dengan mengangkat tas, kami berjalan cukup jauh dan disana sudah ada sekitar tiga bus yang menunggu kami untuk dibawa ke Wisma Atlet Pademangan.

Ada beberapa ABK, TKW dari berbagai negara dan juga ada mahasiswa S1, S2 dari luar negeri yang dicampur menjadi satu didalam bus tersebut. Saya dan dua orang mahasiswa masih mempertanyakan hal yang sama kenapa kita harus dibawa ke Wisma Atlet, namun perjuangan kami sepertinya sia sia dan kami tetap harus mengikuti prosedur yang ada.

Baru kali ini saya pulang di Bandara Terminal 3 yang biasanya langsung menuju ke lantai III untuk keberangkatan dan bisa melanjutkan penerbangan ke Yogyakarta, namun saat ini saya justru masuk ke dalam bus yang penuh dan harus diantar ke Wisma Atlet Pademangan.

Saya segera mengabari keluarga saya terutama istri bahwa kepulangan ke Yogyakarta akan tertunda 3-4 hari sampai hasil Swab test keluar. Saya juga membaca berita bahwa di Wisma Atlet satu kamar akan berisi 3 orang, sehingga dari sejak di dalam bus, saya dan dua teman lainnya yang berasal dari kantor yang sama, kami sudah janjian supaya berada di kamar yang sama.

Karena berdasarkan informasi dari berita tersebut bahwa jika dalam satu kamar ada 3 orang, dan hasil swab test menunjukkan satu orang positif Corona, maka ketiga orang tersebut akan dibawa semua ke RS Darurat Corona. Oleh karena itu kami bertiga yang sudah yakin sehat dan mengetahui background kami masing masing, lebih baik kami tetap berada di kamar yang sama dan tidak dicampur dengan ABK atau TKI lainnya yang belum saya kenal.

Bus mulai berangkat meninggalkan bandara Soekarno Hatta menuju Wisma Atlet Pademangan.

(To Be Continue)





Comments

Popular posts from this blog

Prosedur Buku Pelaut Panama

  Saya ingin membuat buku pelaut Panama karena adanya kemudahan akses ketika bekerja di beberapa negara sebagai Seaman. Awalnya cukup sulit untuk menemukan informasi di Internet mengenai prosedur pembuatan buku Pelaut Panama di Indonesia. Namun saya segera mencari tahu dan mencobanya sendiri, hanya dalam waktu 3-4 hari kerja, setelah semua syarat dokumen lengkap dan dilakukan pembayaran, saya sudah bisa mendapatkan buku pelaut Panama di Rumah. Berikut ini saya sampaikan beberapa point-point penting mengenai prosedur pembuatan Buku Pelaut Panama : 1.      Dimana membuat buku pelaut Panama? Buku pelaut Panama dibuat di Consulate General of Panama di Jakarta yang berada di World Trade Center Lt.13, Jalan Jend. Sudirman, Karet-Kuningan. Namun karena keterbatasan waktu, saya menggunakan jasa Agent. 2.      Apa saja persyaratan buku pelaut Panama? a.      Surat permohonan dari perusahaan b.      Passpor (valid at least 6 bulan) c.      Bosiet/BST (valid at least 6 bulan) d.

Medical Check Up OGUK/UKOAA

Awal April 2018 lalu, saya mengambil paket Medical Check Up (MCU) UKOAA/OGUK di Klinik SOS Medika Cipete-Jakarta. MCU standar UKOAA/OGUK saya sebelumnya sudah berakhir masa berlaku-nya (Masa berlaku = 2 tahun), sehingga saya harus kembali mengambil MCU lagi untuk memastikan bahwa saya FIT untuk bekerja di offshore. Sebelum saya menuju ke lokasi, saya membuat appointment terlebih dahulu melalui email : sosidn.medapp@internationalsos.com , kemudian setelah ada konfirmasi, saya melakukan persiapan selama 2 minggu sebelumnya dengan berolahraga rutin, menjaga makanan rendah lemak/kolesterol, dan menjaga pikiran supaya tetap rileks. Setelah semuanya siap, saya berangkat menuju ke Klinik SOS Medika yang beralamat di Jalan Puri Sakti No.10, Cipete-Antasari. Jakarta Selatan. Sekedar informasi bahwa untuk paket MCU UKOAA/OGUK terdapat beberapa kategori  : Paket OGUK Complete seharga Rp 2.600.000 (Usia < 50Tahun)   Paket OGUK Standar seharga Rp 1.300.000 (Usia < 50Tahun)

Endorse Panama Medical

Saya membutuhkan Panama Medical untuk kepengurusan salah satu dokumen offshore, pada awalnya saya masih bingung dimana saya bisa membuat Panama Medical, berapa biayanya, dan apabila saya sudah memiliki Medical sesuai standar OGUK, apakah masih bisa digunakan untuk dibuatkan Endorse Panama Medical. Banyak pertanyaan yang saya tidak tahu jawabannya, dan ketika saya mencari di internet, masih cukup sulit untuk menemukan artikel yang membahas mengenai Panama Medical di Indonesia, sehingga saya mencoba mencari tahu sendiri dan pengalaman tersebut saya tuliskan ke dalam artikel ini supaya memberikan kemudahan bagi pembaca yang ingin membuat Panama Medical. 1.      Apa itu Panama Medical ? Salah satu check up kesehatan yang mengacu kepada standar Medical MLC/ILO, sehingga hasil akhir nya akan menentukan apakah seseorang Fit untuk bekerja atau Unfit yang kemudian Medical tersebut akan diendorse oleh dokter yang telah diauthorisasi oleh Panama Maritime. 2.      Berapa biaya Panama Medic