Skip to main content

Menembus Penerbangan Domestik di Jakarta


Beberapa hari sebelum penerbangan ke Yogyakarta, sempat heboh di media massa mengenai padatnya antrian di Terminal II keberangkatan Bandara Soekarno-Hatta, bahkan ada yang mengatakan pemeriksaan dokumen begitu ketat-nya sampai ada 5 checkpoint.

Melalui tulisan ini, saya ingin menceritakan pengalaman keberangkatan domestik di bandara tanggal 26 Mei lalu yang ternyata berkebalikan dengan yang ada di media massa, karena Bandara saat ini begitu sepi dan jumlah checkpoint hanya ada 3 + proses check-in serta tidak terlalu ketat pemeriksaan nya.

(****)

Saya berangkat dari Bandara International Hotel sejak 4 jam sebelum keberangkatan. Alasan saya berangkat cukup awal karena sudah was-was dengan adanya berita di media massa yang menyebutkan bahwa terminal II penuh sesak dan mengantri panjang.

Setelah shuttle bus sampai di Terminal II, saya heran karena bandara begitu sepi dan hanya terlihat dua orang saja yang mulai masuk ke dalam. Setelah saya turun dan mengambil tas, saya mulai berjalan memasuki Checkpoint I.

Checkpoint I

Di Checkpoint I, petugas melakukan pemeriksaan dokumen diantaranya
1.    Identitas Diri
2.    Surat Tugas
3.    Hasil Negatif Covid 19 (Saya menunjukan lembar Negatif PCR dari Wisma Atlet)
4.    Surat Repatriasi (karena saya mengikuti program Repatriasi)
5.    Tiket Pesawat

Jika dokumen lengkap, proses pemeriksaan cukup cepat hanya 5 menit dan dilakukan wawancara singkat dari negara mana dan akan pulang ke daerah mana.

Kemudian kita akan diserahkan beberapa lembar diantaranya :
1.    Surat pernyataan dari Maskapai
2.    Formulir Klirens Kesehatan
3.    Kartu kuning HAC

Setelah itu saya berjalan masuk ke ruangan di dalam terminal II, disana tersedia banyak tempat duduk untuk mengisi beberapa formulir yang sudah diberikan sebelum menuju ke Checkpoint II.

Checkpoint II

Di Loket Checkpoint II, saya menyerahkan Surat pernyataan dari Maskapai, Klirens Kesehatan, kartu kuning HAC dan beberapa dokumen pendukung lainnya yang kemudian diperiksa oleh petugas KKP. Kemudian saya dicek suhu tubuh menggunakan remote pengukur suhu dan diukur saturasi serta nadi menggunakan alat elektronik.

Di loket ini hanya berlangsung sekitar 10 menit, petugas mengisi kartu kuning HAC dan mencatat suhu tubuh, saturasi, dan denyut nadi ke dalam lembar kliren Kesehatan dan mempersilahkan saya melanjutkan ke checkpoint berikutnya.

Checkpoint III

Awalnya saya langsung menuju ke loket check-in, namun setelah diperiksa petugas, ternyata saya harus menuju ke loket checkpoint III terlebih dahulu yang berada di ujung sebelah kanan. Saya kemudian berjalan ke arah loket Validasi.

Petugas mengecek satu per satu.
Petugas  = “Anda tes PCR ya di Wisma Atlet?”

Saya       = “Betul pak saya Tes PCR?”

Petugas  = “Ini kapan Tes PCR nya?”

Saya      = “Itu bapak kan bisa lihat tercantum tanggal 21 Mei dan saat ini tanggal 26 Mei, baru 5 hari jadi masih berlaku ya pak.”

Petugas = “Seharusnya PCR dihitung dari tanggal diambilnya PCR, berarti dari tiga hari sebelumnya kan, berarti sudah lewat ini masa berlakunya”

Saya    = (Emosi saya sudah mulai naik, kurang ajar ini orang gak pernah merasakan dikarangtina 3 hari di Wisma Atlet dan diambil Swab test ya? Untungnya posisi kita bukan diluar bandara) Bapak jangan asal bicara saja pak, kalau di PCR tertulis tanggal 21 Mei, berarti ya dihitung dari tanggal 21 Mei dan masih berlaku karena baru 5 hari. Jangan bikin peraturan sendiri.

Petugas  = “Saya tanyakan dulu pak.” (petugas menanyakan ke petugas yang lebih senior di sebelahnya seorang ibu yang sudah cukup umur dan dia mensinyalkan untuk memperbolehkan saya jalan ke loket check-in dan menvalidasi dokumen)

Petugas  = “Baik bapak, ini dokumen nya saya validasi, bapak bisa lanjut ke loket check in.

Kalau sampai saya ditolak masuk ke Bandara karena dibilang PCR sudah habis masa berlaku setelah saya melalui perjalanan melelahkan 3 hari di Wisma Atlet dan PCR saya juga masih berlaku karena baru 5 hari, mungkin selanjutnya akan terjadi pertandingan tinju.

(****)

UPDATE: 27 Mei 2020
Di Checkpoint III per hari ini, anda harus bisa menunjukkan SIKM (Surat Izin Keluar Masuk) dan Hasil Tes SWAB

Jika penumpang Jabodetabek melakukan perjalanan di Jabodetabek, anda tidak perlu menggunakan SIKM,

Jika anda penumpang Non-Jabodetabek melakukan perjalanan di Jabodetabek, tetapi anda tidak memiliki SIKM dan hasil tes SWAB, maka anda akan dikarangtina 14 hari di GOR Cengkareng dengan menanggung sendiri biaya sehari-hari.


Kepengurusan SIKM bisa dicek di website =
https://corona.jakarta.go.id/id/izin-keluar-masuk-jakarta


Proses Check In
Di loket check in, petugas maskapai melihat lagi keseluruhan dokumen yang ada terutama Klirens Kesehatan yang sudah divalidasi, kemudian petugas maskapai mencetak boarding pass dan mengarahkan saya untuk menuju keberangkatan Domestik di Loket E2.

Sebelum masuk loket E2, ada pemeriksaan tas melalui X-Ray, kemudian saya masuk ke dalam ruang tunggu E2. 

Oleh karena saya berangkat dari hotel 4 jam sebelum Pesawat boarding, jadi di ruangan ini masih harus menunggu lama, sebenarnya datang 3 jam sebelum pesawat boarding pun sudah cukup waktunya karena Terminal II saat ini sepi.


Setelah waktu menunjukkan pukul 15:05, penumpang mulai dipersilahkan masuk ke dalam pesawat, namun masih ada pemeriksaan terakhir oleh staff maskapai dengan memeriksan keseluruhan dokumen yang kita bawa. Ada bapak bapak di sebelah saya yang marah ke petugas maskapai karena Dokumennya sudah dicek berkali kali kenapa sampai mau naik pesawat saja masih harus dicek lagi.

Saya meninggalkan bapak tersebut karena beliau protes terlalu lama, kemudian saya masuk ke dalam pesawat dan didalamnya memang benar telah diterapkan Physical distance dimana sebelah kursi kita akan selalu kosong untuk memberikan jarak yang aman dengan penumpang lainnya.

Pesawat akhirnya mulai terbang dari Jakarta menuju Yogyakarta.
(****)

Last Check di bandara YIA Yogyakarta

Pesawat telah mendarat di bandara baru Yogyakarta International Airport (YIA). Baru pertama kali saya tiba di bandara ini dan memang sudah sekelas Bandara Internasional seperti di Singapura, hanya saja bandara ini sangat sepi.

Ketika kami memasuki ruangan kedatangan, sudah ada antrian panjang untuk menuju ke loket petugas KKP. Untuk penumpang dari dalam negeri bisa langsung ke barisan sebelah kanan, sedangkan untuk penumpang dari luar negeri bisa ke barisan di sebelah kiri.

Karena saya penerbangan awal dari Mesir (Luar Negeri), maka saya masuk ke barisan sebelah kiri. Kami yang berada di barisan kiri diambil foto oleh petugas KKP, kemudian ketika sampai di barisan depan, Petugas menata KTP, Passport dan kartu kuning HAC sedemikian rupa kemudian diambil juga fotonya. Mungkin ini untuk menginformasikan kepada puskesmas yang ada di kecamatan saya supaya melakukan monitoring selama masa Isolasi mandiri.

Namun saya tetap melakukan isolasi mandiri di Hotel. Kenapa tidak di rumah? Karena rumah saya tidak begitu besar dan belum dibuat kamar mandi dalam, sehingga daripada repot Ketika masa isolasi mandiri, maka lebih baik saya melakukannya di Hotel. Saat ini sudah banyak tersedia program isolasi mandiri 14 hari yang ditawarkan oleh pihak hotel di Yogyakarta dengan harga yang terjangkau.

(****)

Setelah selesai dengan petugas KKP, saya mengambil bagasi yang sudah ada di Tray, kemudian mengambil taxi Burung Biru. Taksi yang biasanya dari bandara Adisucipto ke rumah sekitar 40 ribu, saat ini harus merogoh kocek lebih dalam dari bandara YIA ke rumah sekitar 220 ribu. Tapi tidak apa apa, karena sesekali perlu juga untuk berbagi rejeki dengan pengemudi taksi. 😊

Semoga informasi ini bermanfaat dan semoga lancar untuk pembaca yang akan melakukan penerbangan domestik di Jakarta.

Salam,
Denni Pascasakti







Comments

Popular posts from this blog

Prosedur Buku Pelaut Panama

  Saya ingin membuat buku pelaut Panama karena adanya kemudahan akses ketika bekerja di beberapa negara sebagai Seaman. Awalnya cukup sulit untuk menemukan informasi di Internet mengenai prosedur pembuatan buku Pelaut Panama di Indonesia. Namun saya segera mencari tahu dan mencobanya sendiri, hanya dalam waktu 3-4 hari kerja, setelah semua syarat dokumen lengkap dan dilakukan pembayaran, saya sudah bisa mendapatkan buku pelaut Panama di Rumah. Berikut ini saya sampaikan beberapa point-point penting mengenai prosedur pembuatan Buku Pelaut Panama : 1.      Dimana membuat buku pelaut Panama? Buku pelaut Panama dibuat di Consulate General of Panama di Jakarta yang berada di World Trade Center Lt.13, Jalan Jend. Sudirman, Karet-Kuningan. Namun karena keterbatasan waktu, saya menggunakan jasa Agent. 2.      Apa saja persyaratan buku pelaut Panama? a.      Surat permohonan dari perusahaan b.      Passpor (valid at least 6 bulan) c.      Bosiet/BST (valid at least 6 bulan) d.

Medical Check Up OGUK/UKOAA

Awal April 2018 lalu, saya mengambil paket Medical Check Up (MCU) UKOAA/OGUK di Klinik SOS Medika Cipete-Jakarta. MCU standar UKOAA/OGUK saya sebelumnya sudah berakhir masa berlaku-nya (Masa berlaku = 2 tahun), sehingga saya harus kembali mengambil MCU lagi untuk memastikan bahwa saya FIT untuk bekerja di offshore. Sebelum saya menuju ke lokasi, saya membuat appointment terlebih dahulu melalui email : sosidn.medapp@internationalsos.com , kemudian setelah ada konfirmasi, saya melakukan persiapan selama 2 minggu sebelumnya dengan berolahraga rutin, menjaga makanan rendah lemak/kolesterol, dan menjaga pikiran supaya tetap rileks. Setelah semuanya siap, saya berangkat menuju ke Klinik SOS Medika yang beralamat di Jalan Puri Sakti No.10, Cipete-Antasari. Jakarta Selatan. Sekedar informasi bahwa untuk paket MCU UKOAA/OGUK terdapat beberapa kategori  : Paket OGUK Complete seharga Rp 2.600.000 (Usia < 50Tahun)   Paket OGUK Standar seharga Rp 1.300.000 (Usia < 50Tahun)

Endorse Panama Medical

Saya membutuhkan Panama Medical untuk kepengurusan salah satu dokumen offshore, pada awalnya saya masih bingung dimana saya bisa membuat Panama Medical, berapa biayanya, dan apabila saya sudah memiliki Medical sesuai standar OGUK, apakah masih bisa digunakan untuk dibuatkan Endorse Panama Medical. Banyak pertanyaan yang saya tidak tahu jawabannya, dan ketika saya mencari di internet, masih cukup sulit untuk menemukan artikel yang membahas mengenai Panama Medical di Indonesia, sehingga saya mencoba mencari tahu sendiri dan pengalaman tersebut saya tuliskan ke dalam artikel ini supaya memberikan kemudahan bagi pembaca yang ingin membuat Panama Medical. 1.      Apa itu Panama Medical ? Salah satu check up kesehatan yang mengacu kepada standar Medical MLC/ILO, sehingga hasil akhir nya akan menentukan apakah seseorang Fit untuk bekerja atau Unfit yang kemudian Medical tersebut akan diendorse oleh dokter yang telah diauthorisasi oleh Panama Maritime. 2.      Berapa biaya Panama Medic