Skip to main content

Menuju Karangtina di Wisma Atlet (Part II)


Pukul 17:00, bus mulai berjalan dari bandara Soekarno Hatta menuju ke Wisma Atlet Pademangan. AC menyala sepanjang perjalanan dan bus dalam kondisi bersih, hanya saja saya khawatir dan tetap memasang masker karena saya tidak pernah tahu siapa yang positif dan siapa yang negatif di dalam bus ini.

Sekitar pukul 18:00, bus mulai memasuki jalan di depan Wisma Atlet, namun  banyak bus sudah berjajar didepan bus kami, sehingga kami harus menunggu bus yang paling depan menurunkan penumpang satu per satu dan hal ini memakan waktu yang cukup lama sekitar 45 menit.

Selama menunggu, ada orangtua dari mahasiswa S1 yang khawatir anaknya lapar karena sudah jam berbuka puasa, saya melihat orangtuanya terus menelfon dengan was was sampai kemudian membawakan plastik besar berisi Nasi padang yang dibagi bagikan kepada penumpang yang sudah lapar. Ada TKW juga yang tidak bisa menahan lapar kemudian memesan batagor yang dijual di halaman Wisma Atlet.

Bus akhirnya sampai di Pintu Gerbang dan kami mulai turun dan memasuki lobby Wisma Atlet. Disana ada petugas kesehatan yang menyambut kami dan menjelaskan bahwa kami harus membentuk 3 orang supaya bisa ditentukan kamar nya, lalu dipertegas lagi bahwa jika ada 1 orang yang positif di dalam kamar, maka teman teman lainnya di kamar tersebut juga akan dibawa ke RS untuk diperiksa lebih lanjut. Saya dan dua teman lainnya langsung berdiri berdekatan supaya kami bisa satu kamar dan tidak dipisah satu dengan yang lainnya.

Kemudian petugas menanyakan siapa yang ingin menjadi coordinator dan harus membentuk  grup whatsappnya, namun karena ada beberapa ABK yang protes dan bertanya terus menerus dan hal ini menyita waktu lama, akhirnya petugas Kesehatan belum menentukan coordinator dan meminta kami untuk menuju pos berikutnya supaya kami mendapatkan nomor kamar.

Pos 1 : Penentuan Nomor kamar
Kami menyerahkan Kartu kuning HAC kepada petugas, kemudian kami dijelaskan akan menempati kamar yang ada di lantai 21. Pada malam tersebut tidak banyak orang yang berkumpul di Lobby lantai 1. Kami diberitahu petugas juga bahwa kami bisa melakukan Swab test di lantai 3 yang maksimal hanya sampai pukul 22:00, jadi petugas menyarankan untuk segera mengambil swab test disana.

Kami berdiskusi singkat dan karena banyak koper bawaan ditambah kami bertiga belum makan malam, maka kami terlebih dahulu menuju ke kamar untuk menaruh koper dan juga makan malam cepat.

Lift berada di ujung koridor lobby lantai 1 dan lift tidak berdesakan seperti yang ada di media sebelumnya. Lalu kami menuju lantai 21 dan masuk ke dalam kamar yang ada di Wisma Atlet.


Kamar kami cukup bersih untuk ukuran wisma, hanya lantainya saja yang berdebu. Kami baru menyadari bahwa ada banyak perlengkapan yang harus dibeli terutama untuk alat kebersihan dan desinfektan. Karena kami tidak tahu siapa orang sebelumnya yang tinggal di kamar ini, bisa saja pasien positif yang sebelumnya menempati kamar ini. 

Jadi kami segera memesan alat kebersihan, desinfektan, hand sanitizer, makanan ringan, dan vitamin. Kemudian kami semprot semua ruangan menggunakan desinfektan supaya bersih dari virus.

Setelah makan cepat dan mencuci muka, kami mulai berjalan cepat ke lantai 3 untuk segera melakukan Swab test. Di sana sudah banyak sekali orang yang mengantri dan sepertinya teman teman di bus tidak ada yang makan malam dan langsung menuju kesini, karena Sebagian besar dari mereka sudah berada di antrian depan. 

Pengambilan Swab Test (PCR)


Semua petugas di lantai ini menggunakan APD lengkap dan masker, sayapun masih memasang rapat rapat masker N95. Walaupun banyak orang, petugas dengan tegas mengatur kami untuk berdiri setiap 1,5 meter dan hal ini sangat bagus untuk memastikan orang yang positif tidak akan menularkan ke orang yang negatif.

Tidak lama petugas berkata, ”Di barisan ini kosong, silahkan 20 orang menuju ke barisan ini!”

Kami bertiga langsung lari secepat cepatnya dan akhirnya kami bisa berada di barisan depan. Lumayan tidak perlu mengantri lagi dari belakang. Jadi di barisan depan ada beberapa meja petugas yang akan menginput data kami, kemudian kami akan dibawa ke bagian belakang dimana terdapat kursi untuk dilakukan swab test.

Saya melihat ada beberapa orang yang tenang ketika diambil Swab test, ada juga yang mengerang kesakitan. Mungkin berbeda beda tergantung orangnya ya, dan tidak terasa, saya sudah berada di barisan depan. Saya menyerahkan dokumen dokumen yang diminta dan berjalan menuju ke kursi untuk dilakukan Swab test.

Petugas : “Pak, untuk Swab test akan terasa tidak nyaman ya, harap ditahan dan bernafas saja yang normal.”

Saya: Baik bu.

Kemudian petugas membuka plastik pembungkus dan saya melihat ada stick Swab yang cukup panjang mungkin sekitar 10-15 cm. Stik tersebut mulai dimasukkan perlahan ke hidung dan saya mulai merasakan ngilu. Ketika sudah masuk setengahnya. Tangan saya mulai menggengam erat kursi dan berusaha untuk menahan sedikit rasa sakit sampai akhirnya stick tersebut mentok di ujung dinding hidung paling atas dan petugas kembali menarik stik tersebut keluar dari hidung.

Tanpa disadari air mata saya menetes namun saya tidak berani mengusapnya karena takut tangan saya kotor, jadi saya biarkan sampai air mata mengering dengan sendirinya. Saya langsung cepat cepat menuju ke kamar di lantai 21 untuk segera mencuci muka dan segera mandi untuk membersihkan diri.

(****)

Setelah mandi, kedua teman saya lainnya baru saja datang dan mereka juga mengalami hal yang sama sampai air mata keluar dengan sendirinya, bahkan ada yang diambil sampel di kedua lubang hidung.

Hari kedua tidak ada pengumuman apa apa, saya ingat petugas di lobby lantai 1 sebelumnya bilang,”Nanti nama yang telah selesai swab test akan diumumkan melalui pengeras suara. Hasil swab test, dan Passport akan diberikan secara bersamaan.

Hari ketiga masih belum ada pengumuman, saya menanyakan ke tentara mengenai dimana mencari info mengenai siapa saja yang telah selesai Swab test.

Tentara : “Swab test nya nanti diambil di gedung sebelah lantai 1, tinggal dibawa saja kartu kuning nya dan akan ada petugas yang mungecek disana.”

Saya Kembali ke kamar untuk memberitahu informasi ini, namun tidak lama kemudian ada pengumuman dari speaker bahwa untuk Swab test di tiga hari terakhir sudah bisa diambil semua, namun hanya coordinator nya saja yang bisa mengambil Hasil Swab test dan passport. Jangan semuanya datang kesini.

Pengambilan hasil Swab Test (PCR)

Kelompok kami memang belum membentuk koordinator, karena sebelumnya banyak kawan kawan yang protes ke petugas Kesehatan sehingga justru belum sempat dipilih koordinator.

Saya bertindak sebagai koordinator dadakan. saya kumpulkan semua kartu kuning dari 2 kamar yang berjumlah 6 orang dan saya bawa menuju ke ruang pengambilan hasil PCR.

Di ruang pengambilan cukup nyaman karena ruangannya ber AC dan disediakan tempat duduk dengan jarak 2 meter antar kursi. Saya menunggu hanya sekitar 40 menit dan sudah sampai ke loket pengambilan Swab test yang ada di paling depan.

Petugas : “Saya cek dulu ya kartu kuningnya untuk memastikan siapa yang positif dan siapa yang negatif.

Saya cukup khawatir apakah saya positif atau negatif. Nama saya yang pertama diambil oleh petugas kemudian nama saya di input di kolom pencarian, petugas tersebut terdiam beberapa saat untuk mengecek hasilnya, dan mengambil bulpen kemudian mencatat tanda Negatif di kertas Formulir saya.

Yeayy!

Namun jangan senang dulu, karena kedua teman lainnya dalam satu kamar harus negative untuk bisa sama sama lolos dari Wisma Atlet. Maka petugas mulai mengecek teman saya lainnya satu per satu, dan akhirnya petugas mencatat tanda Negatif di semua formulir kami. Kemudian petugas mengembalikan semua Passport dan memberikan Surat keterangan Sehat dan Rekomendasi yang telah ditandatangani

Akhirnya perjalanan 3 hari di Wisma Atlet sudah selesai, Ketiga teman lainnya dari kamar lantai 20 langsung pulang ke rumah mereka masing masing. Sedangkan kami masih harus menunggu booking tiket pesawat untuk menuju ke daerah kami masing masing.

(***)

Kami mendapatkan tiket pesawat di hari berikutnya, sehingga kami masih menginap di malam yang ke 3, kemudian kami mencuci semua pakaian supaya bersih dan packing barang barang ke dalam tas.

Tidak terasa 4 hari 3 malam sudah berlalu dan kami bertiga mendapatkan hasil Negatif untuk test Swab (PCR). Secara keseluruhan untuk kinerja petugas Kesehatan dan tentara sudah cukup baik di Wisma Atlet, Makanan pun bersih penyajiannya dengan kotak dus dan di dalamnya dibungkus plastik sangat rapi. Makanan dan minuman juga tidak pernah kurang bahkan juga ada tambahan snack.

Beberapa masukan :
1.    Setelah diambil Swab test dan dalam masa menunggu, lebih baik diberikan pilihan apakah tetap akan tinggal di Wisma atlet atau bisa tinggal di Hotel lainnya yang ditunjuk pemerintah. Karena ada beberapa orang yang ingin menginap di hotel yang lebih nyaman pada saat masa menunggu.
2.    Data-data orang yang diperiksa sebaiknya di-input ke dalam database, sehingga ketika hasil PCR sudah selesai, hasilnya dapat langsung diakses secara online dan bisa menghindari antrean Ketika pengambilan hasil Swab test.
3.    Makanan dan minuman dapat dihitung sesuai penghuni yang tinggal di setiap lantai, atau juga bisa per dua lantai. Karena saya melihat ada banyak kelebihan makanan yang sebenarnya sayang jika tidak dikonsumsi.
4.    Proses Swab yang memakan waktu 3-4 hari bisa dipersingkat dengan dilakukan inovasi misalkan menjadi 1-2 hari. Karena kami PMI yang baru saja pulang dari luar negeri sudah melakukan perjalanan belasan jam, kami ingin segera istirahat dan pulang kembali ke daerah masing masing.

Secara keseluruhan sudah cukup baik untuk program Swab test di Wisma Atlet Pademangan, namun dengan improvisasi tambahan, akan menjadi lebih baik lagi ke depannya dan saya mengucapkan terima kasih karena mulai dari proses Swab, penginapan, makanan dan minuman yang diberikan, semuanya gratis dan kami tidak dibebankan biaya apapun.

Semoga angka positif korona bisa berkurang dari hari ke hari dengan dilakukannya Test Swab kepada WNI yang datang dari Luar negeri , walaupun lebih baik jika WNI yang negatif Rapid test tidak perlu lagi dilakukan Swab test, namun dengan tambahan kewajiban isolasi 14 hari di rumah.

Ditambah perlunya juga fokus untuk membatasi aktivitas warga yang ada di dalam negeri supaya seimbang hasil akhir nya demi menurunkan dan menghilangkan perkembangan Korona yang ada di Indonesia, sehingga suatu hari nanti, kita bisa hidup normal lagi seperti biasa nya.


Salam,
Denni Pascasakti






Comments

Popular posts from this blog

Prosedur Buku Pelaut Panama

  Saya ingin membuat buku pelaut Panama karena adanya kemudahan akses ketika bekerja di beberapa negara sebagai Seaman. Awalnya cukup sulit untuk menemukan informasi di Internet mengenai prosedur pembuatan buku Pelaut Panama di Indonesia. Namun saya segera mencari tahu dan mencobanya sendiri, hanya dalam waktu 3-4 hari kerja, setelah semua syarat dokumen lengkap dan dilakukan pembayaran, saya sudah bisa mendapatkan buku pelaut Panama di Rumah. Berikut ini saya sampaikan beberapa point-point penting mengenai prosedur pembuatan Buku Pelaut Panama : 1.      Dimana membuat buku pelaut Panama? Buku pelaut Panama dibuat di Consulate General of Panama di Jakarta yang berada di World Trade Center Lt.13, Jalan Jend. Sudirman, Karet-Kuningan. Namun karena keterbatasan waktu, saya menggunakan jasa Agent. 2.      Apa saja persyaratan buku pelaut Panama? a.      Surat permohonan dari perusahaan b.      Passpor (valid at least 6 bulan) c.      Bosiet/BST (valid at least 6 bulan) d.

Medical Check Up OGUK/UKOAA

Awal April 2018 lalu, saya mengambil paket Medical Check Up (MCU) UKOAA/OGUK di Klinik SOS Medika Cipete-Jakarta. MCU standar UKOAA/OGUK saya sebelumnya sudah berakhir masa berlaku-nya (Masa berlaku = 2 tahun), sehingga saya harus kembali mengambil MCU lagi untuk memastikan bahwa saya FIT untuk bekerja di offshore. Sebelum saya menuju ke lokasi, saya membuat appointment terlebih dahulu melalui email : sosidn.medapp@internationalsos.com , kemudian setelah ada konfirmasi, saya melakukan persiapan selama 2 minggu sebelumnya dengan berolahraga rutin, menjaga makanan rendah lemak/kolesterol, dan menjaga pikiran supaya tetap rileks. Setelah semuanya siap, saya berangkat menuju ke Klinik SOS Medika yang beralamat di Jalan Puri Sakti No.10, Cipete-Antasari. Jakarta Selatan. Sekedar informasi bahwa untuk paket MCU UKOAA/OGUK terdapat beberapa kategori  : Paket OGUK Complete seharga Rp 2.600.000 (Usia < 50Tahun)   Paket OGUK Standar seharga Rp 1.300.000 (Usia < 50Tahun)

Endorse Panama Medical

Saya membutuhkan Panama Medical untuk kepengurusan salah satu dokumen offshore, pada awalnya saya masih bingung dimana saya bisa membuat Panama Medical, berapa biayanya, dan apabila saya sudah memiliki Medical sesuai standar OGUK, apakah masih bisa digunakan untuk dibuatkan Endorse Panama Medical. Banyak pertanyaan yang saya tidak tahu jawabannya, dan ketika saya mencari di internet, masih cukup sulit untuk menemukan artikel yang membahas mengenai Panama Medical di Indonesia, sehingga saya mencoba mencari tahu sendiri dan pengalaman tersebut saya tuliskan ke dalam artikel ini supaya memberikan kemudahan bagi pembaca yang ingin membuat Panama Medical. 1.      Apa itu Panama Medical ? Salah satu check up kesehatan yang mengacu kepada standar Medical MLC/ILO, sehingga hasil akhir nya akan menentukan apakah seseorang Fit untuk bekerja atau Unfit yang kemudian Medical tersebut akan diendorse oleh dokter yang telah diauthorisasi oleh Panama Maritime. 2.      Berapa biaya Panama Medic