Pukul 17:00, bus mulai
berjalan dari bandara Soekarno Hatta menuju ke Wisma Atlet Pademangan. AC menyala sepanjang perjalanan dan bus dalam kondisi
bersih, hanya saja saya khawatir dan tetap memasang masker karena saya tidak pernah tahu
siapa yang positif dan siapa yang negatif di dalam bus ini.
Sekitar pukul 18:00, bus mulai
memasuki jalan di depan Wisma Atlet, namun banyak bus sudah berjajar didepan bus kami,
sehingga kami harus menunggu bus yang paling depan menurunkan penumpang satu
per satu dan hal ini memakan waktu yang cukup lama sekitar 45 menit.
Selama menunggu, ada orangtua
dari mahasiswa S1 yang khawatir anaknya lapar karena sudah jam berbuka
puasa, saya melihat orangtuanya terus menelfon dengan was was sampai kemudian membawakan plastik besar
berisi Nasi padang yang dibagi bagikan kepada penumpang yang sudah lapar. Ada
TKW juga yang tidak bisa menahan lapar kemudian memesan batagor yang dijual di
halaman Wisma Atlet.
Bus akhirnya sampai di Pintu
Gerbang dan kami mulai turun dan memasuki lobby Wisma Atlet. Disana ada petugas
kesehatan yang menyambut kami dan menjelaskan bahwa kami harus membentuk 3
orang supaya bisa ditentukan kamar nya, lalu dipertegas lagi bahwa jika ada 1 orang
yang positif di dalam kamar, maka teman teman lainnya di kamar tersebut juga
akan dibawa ke RS untuk diperiksa lebih lanjut. Saya dan dua teman lainnya
langsung berdiri berdekatan supaya kami bisa satu kamar dan tidak dipisah satu dengan
yang lainnya.
Kemudian petugas menanyakan
siapa yang ingin menjadi coordinator dan harus membentuk grup whatsappnya, namun karena ada beberapa
ABK yang protes dan bertanya terus menerus dan hal ini menyita waktu lama,
akhirnya petugas Kesehatan belum menentukan coordinator dan meminta kami untuk
menuju pos berikutnya supaya kami mendapatkan nomor kamar.
Pos 1 : Penentuan Nomor kamar
Kami menyerahkan Kartu kuning
HAC kepada petugas, kemudian kami dijelaskan akan menempati kamar
yang ada di lantai 21. Pada malam tersebut tidak banyak orang yang berkumpul di
Lobby lantai 1. Kami diberitahu petugas juga bahwa kami bisa melakukan Swab
test di lantai 3 yang maksimal hanya sampai pukul 22:00, jadi petugas
menyarankan untuk segera mengambil swab test disana.
Kami berdiskusi singkat dan
karena banyak koper bawaan ditambah kami bertiga belum makan malam, maka kami
terlebih dahulu menuju ke kamar untuk menaruh koper dan juga makan malam cepat.
Lift berada di ujung koridor
lobby lantai 1 dan lift tidak berdesakan seperti yang ada di media sebelumnya.
Lalu kami menuju lantai 21 dan masuk ke dalam kamar yang ada di Wisma Atlet.
Kamar kami cukup bersih untuk
ukuran wisma, hanya lantainya saja yang berdebu. Kami baru menyadari bahwa ada banyak perlengkapan yang harus dibeli terutama untuk alat kebersihan
dan desinfektan. Karena kami tidak tahu siapa orang sebelumnya yang tinggal di
kamar ini, bisa saja pasien positif yang sebelumnya menempati kamar ini.
Jadi kami segera memesan alat kebersihan, desinfektan, hand sanitizer, makanan ringan, dan vitamin. Kemudian kami semprot semua ruangan menggunakan desinfektan supaya bersih dari virus.
Jadi kami segera memesan alat kebersihan, desinfektan, hand sanitizer, makanan ringan, dan vitamin. Kemudian kami semprot semua ruangan menggunakan desinfektan supaya bersih dari virus.
Setelah makan
cepat dan mencuci muka, kami mulai berjalan cepat ke lantai 3 untuk segera
melakukan Swab test. Di sana sudah banyak sekali orang yang mengantri dan
sepertinya teman teman di bus tidak ada yang makan malam dan langsung menuju
kesini, karena Sebagian besar dari mereka sudah berada di antrian depan.
Pengambilan Swab Test (PCR)
Semua petugas di lantai ini
menggunakan APD lengkap dan masker, sayapun masih memasang rapat rapat masker
N95. Walaupun banyak orang, petugas dengan tegas mengatur kami untuk berdiri
setiap 1,5 meter dan hal ini sangat bagus untuk memastikan orang yang positif
tidak akan menularkan ke orang yang negatif.
Tidak lama petugas berkata, ”Di
barisan ini kosong, silahkan 20 orang menuju ke barisan ini!”
Kami bertiga langsung lari
secepat cepatnya dan akhirnya kami bisa berada di barisan depan. Lumayan tidak
perlu mengantri lagi dari belakang. Jadi di barisan depan ada beberapa meja
petugas yang akan menginput data kami, kemudian kami akan dibawa ke bagian
belakang dimana terdapat kursi untuk dilakukan swab test.
Saya melihat ada beberapa
orang yang tenang ketika diambil Swab test, ada juga yang mengerang kesakitan.
Mungkin berbeda beda tergantung orangnya ya, dan tidak terasa, saya sudah
berada di barisan depan. Saya menyerahkan dokumen dokumen yang diminta dan
berjalan menuju ke kursi untuk dilakukan Swab test.
Petugas : “Pak, untuk Swab
test akan terasa tidak nyaman ya, harap ditahan dan bernafas saja yang normal.”
Saya: Baik bu.
Kemudian petugas membuka plastik
pembungkus dan saya melihat ada stick Swab yang cukup panjang mungkin sekitar
10-15 cm. Stik tersebut mulai dimasukkan perlahan ke hidung dan saya mulai
merasakan ngilu. Ketika sudah masuk setengahnya. Tangan saya mulai menggengam
erat kursi dan berusaha untuk menahan sedikit rasa sakit sampai akhirnya stick
tersebut mentok di ujung dinding hidung paling atas dan petugas kembali menarik
stik tersebut keluar dari hidung.
Tanpa disadari air mata saya
menetes namun saya tidak berani mengusapnya karena takut tangan saya kotor,
jadi saya biarkan sampai air mata mengering dengan sendirinya. Saya langsung
cepat cepat menuju ke kamar di lantai 21 untuk segera mencuci muka dan segera
mandi untuk membersihkan diri.
(****)
Setelah mandi, kedua teman
saya lainnya baru saja datang dan mereka juga mengalami hal yang sama sampai
air mata keluar dengan sendirinya, bahkan ada yang diambil sampel di kedua
lubang hidung.
Hari kedua tidak ada pengumuman
apa apa, saya ingat petugas di lobby lantai 1 sebelumnya bilang,”Nanti nama
yang telah selesai swab test akan diumumkan melalui pengeras suara. Hasil swab
test, dan Passport akan diberikan secara bersamaan.
Hari ketiga masih belum ada
pengumuman, saya menanyakan ke tentara mengenai dimana mencari info mengenai siapa
saja yang telah selesai Swab test.
Tentara : “Swab test nya nanti
diambil di gedung sebelah lantai 1, tinggal dibawa saja kartu kuning nya dan
akan ada petugas yang mungecek disana.”
Saya Kembali ke kamar untuk
memberitahu informasi ini, namun tidak lama kemudian ada pengumuman dari speaker
bahwa untuk Swab test di tiga hari terakhir sudah bisa diambil semua, namun
hanya coordinator nya saja yang bisa mengambil Hasil Swab test dan passport.
Jangan semuanya datang kesini.
Pengambilan hasil Swab Test (PCR)
Kelompok kami memang belum membentuk
koordinator, karena sebelumnya banyak kawan kawan yang protes ke petugas Kesehatan
sehingga justru belum sempat dipilih koordinator.
Saya bertindak sebagai koordinator dadakan. saya kumpulkan semua kartu kuning dari 2 kamar yang berjumlah 6
orang dan saya bawa menuju ke ruang pengambilan hasil PCR.
Di ruang pengambilan cukup
nyaman karena ruangannya ber AC dan disediakan tempat duduk dengan jarak 2
meter antar kursi. Saya menunggu hanya sekitar 40 menit dan sudah sampai ke
loket pengambilan Swab test yang ada di paling depan.
Petugas : “Saya cek dulu ya
kartu kuningnya untuk memastikan siapa yang positif dan siapa yang negatif.
Saya cukup khawatir apakah
saya positif atau negatif. Nama saya yang pertama diambil oleh petugas kemudian nama saya di input di kolom pencarian, petugas tersebut terdiam beberapa
saat untuk mengecek hasilnya, dan mengambil bulpen kemudian mencatat tanda Negatif
di kertas Formulir saya.
Yeayy!
Namun jangan senang dulu, karena
kedua teman lainnya dalam satu kamar harus negative untuk bisa sama sama lolos
dari Wisma Atlet. Maka petugas mulai mengecek teman saya lainnya satu
per satu, dan akhirnya petugas mencatat tanda Negatif di semua formulir kami.
Kemudian petugas mengembalikan semua Passport dan memberikan Surat keterangan
Sehat dan Rekomendasi yang telah ditandatangani
Akhirnya perjalanan 3 hari di
Wisma Atlet sudah selesai, Ketiga teman lainnya dari kamar lantai 20 langsung
pulang ke rumah mereka masing masing. Sedangkan kami masih harus menunggu
booking tiket pesawat untuk menuju ke daerah kami masing masing.
(***)
Kami mendapatkan tiket pesawat
di hari berikutnya, sehingga kami masih menginap di malam yang ke 3, kemudian kami
mencuci semua pakaian supaya bersih dan packing barang barang ke dalam tas.
Tidak terasa 4 hari 3 malam
sudah berlalu dan kami bertiga mendapatkan hasil Negatif untuk test Swab (PCR).
Secara keseluruhan untuk kinerja petugas Kesehatan dan tentara sudah cukup baik
di Wisma Atlet, Makanan pun bersih penyajiannya dengan kotak dus dan di
dalamnya dibungkus plastik sangat rapi. Makanan dan minuman juga tidak pernah
kurang bahkan juga ada tambahan snack.
Beberapa masukan :
1.
Setelah diambil Swab test dan dalam masa menunggu, lebih baik diberikan pilihan apakah tetap akan tinggal di Wisma atlet atau bisa tinggal di
Hotel lainnya yang ditunjuk pemerintah. Karena ada beberapa orang yang ingin
menginap di hotel yang lebih nyaman pada saat masa menunggu.
2.
Data-data orang yang diperiksa sebaiknya di-input
ke dalam database, sehingga ketika hasil PCR sudah selesai, hasilnya dapat langsung
diakses secara online dan bisa menghindari antrean Ketika pengambilan hasil
Swab test.
3.
Makanan dan minuman dapat dihitung sesuai
penghuni yang tinggal di setiap lantai, atau juga bisa per dua lantai. Karena
saya melihat ada banyak kelebihan makanan yang sebenarnya sayang jika tidak
dikonsumsi.
4.
Proses Swab yang memakan waktu 3-4 hari bisa
dipersingkat dengan dilakukan inovasi misalkan menjadi 1-2 hari. Karena kami PMI
yang baru saja pulang dari luar negeri sudah melakukan perjalanan belasan jam, kami
ingin segera istirahat dan pulang kembali ke daerah masing masing.
Secara keseluruhan sudah cukup
baik untuk program Swab test di Wisma Atlet Pademangan, namun dengan
improvisasi tambahan, akan menjadi lebih baik lagi ke depannya dan saya mengucapkan terima kasih karena mulai dari proses Swab, penginapan, makanan dan minuman yang diberikan, semuanya
gratis dan kami tidak dibebankan biaya apapun.
Semoga angka positif korona bisa berkurang dari hari ke hari dengan
dilakukannya Test Swab kepada WNI yang datang dari Luar negeri , walaupun lebih baik jika WNI yang negatif Rapid test tidak perlu lagi dilakukan Swab test, namun dengan tambahan kewajiban isolasi 14 hari di rumah.
Ditambah perlunya juga fokus untuk membatasi aktivitas warga yang ada di dalam negeri supaya seimbang hasil akhir nya demi menurunkan dan menghilangkan perkembangan Korona yang ada di Indonesia, sehingga suatu hari nanti, kita bisa hidup normal lagi seperti biasa nya.
Ditambah perlunya juga fokus untuk membatasi aktivitas warga yang ada di dalam negeri supaya seimbang hasil akhir nya demi menurunkan dan menghilangkan perkembangan Korona yang ada di Indonesia, sehingga suatu hari nanti, kita bisa hidup normal lagi seperti biasa nya.
Salam,
Denni Pascasakti
Comments