Baru kali ini saya
meninggalkan keluarga di rumah dengan rekor terlama selama 4 bulan. Sesampainya
di rumah, saya menyadari bahwa anak saya masih saja naik sepeda roda 4 dan
belum ada perkembangan sama sekali sejak satu tahun yang lalu.
Umur anak saya sudah 3 tahun
11 bulan. Walaupun ada beberapa anak lainnya yang masih belum bisa naik sepeda
roda dua, tetapi sudah banyak anak anak seumuran yang mahir naik sepeda roda
dua tanpa bimbingan orang tua nya lagi. Disini saya jadi merasa bersalah karena
saya sebagai seorang ayah sudah meninggalkan keluarga cukup lama dan efeknya,
anak saya menjadi ketinggalan di beberapa hal seperti naik sepeda roda dua.
Namun merasa bersalah saja
memang tidak cukup, harus ada tindakan nyata untuk mengejar ketertinggalan. Saya
segera melepas dua roda tambahan dan membuang roda tersebut dengan maksud
supaya anak saya tidak kembali lagi ke sepeda roda 4. Kemudian saya tekadkan
juga dengan meluangkan waktu sehari dua kali untuk mengajari langsung anak saya
sampai bisa naik sepeda roda 2.
Di hari pertama, kesabaran
saya banyak diuji, karena mengenjot di langkah awal saja, anak saya tidak bisa
sama sekali, bahkan untuk berjalan 500 meter saja, saya sudah mengeluarkan
tenaga yang cukup banyak. Disamping masih
harus mengajari cara mengayuh, juga mengajari cara mendorong sepeda dengan
kedua kaki di aspal.
Hari kedua dan ketiga hampir tidak
ada progress sama sekali, saya sudah merasa putus asa. Memang jarak tempuh
sudah saya kalikan dua menjadi sekitar 1 kilometer, tetapi anak saya masih
kesulitan untuk menyeimbangkan sepeda bahkan untuk mendorong menggunakan kedua
kaki saja sudah kesulitan. Namun saya tidak menyerah dan harus tetap semangat
sampai anak saya bisa menaiki sepeda roda dua nya sendiri.
Hari ke-empat sudah mulai ada
kemajuan, anak saya sudah bisa mengayuh sepeda nya dua sampai tiga kali
kayuhan, kemudian ketika saya bantu dorong dari belakang, dia bisa melanjutkan mengayuh sepeda sampai tiga kali lagi. Saya merasa puas karena walaupun awalnya perkembangan di tiga hari
pertama sangat lambat, pada akhirnya ada kemajuan di hari ke-empat ini.
Hari kelima, akhirnya anak
saya sudah lancar mengayuh, dengan sabar saya bimbing untuk mulai mengayuh
sendiri di awal karena tadinya masih harus saya pengangi di kayuhan pertama.
Namun anak saya mungkin motorik nya cukup baik sehingga baru dijelaskan dua
kali, dia langsung bisa mengayuh sendiri dan mulai bisa menjalankan sepeda roda
dua dengan lancar bahkan di turunan yang cukup curam sudah bisa mengerem sepeda
nya dengan baik.
(****)
Untuk para orangtua yang anaknya
masih belum bisa naik sepeda roda dua, jangan pasrah begitu saja, tetapi
ajarkan dan memang harus sabar, saya saja butuh lima hari sampai akhirnya anak
saya bisa mahir naik sepeda nya sendiri.
Saya yakin bahwa untuk menjadi
mahir di dalam sesuatu hal, kemampuan anak bukan hanya ditentukan oleh bakat
dan talenta, tetapi lebih ditentukan oleh pengulangan subyek yang dipelajari selama
berkali kali ditambah dukungan dari orang orang terdekat, pasti anak nantinya
bisa menguasai kemampuan apapun dengan cepat.
Saya teringat pepatah bijak
bahwa “Repetition is the mother of learning.”
Salam,
Denni
Comments