Akhir akhir ini saya banyak merenung dan
bertanya,”Mengapa sulit
sekali saya mendapatkan orang-orang yang jujur?” Beberapa kali di lingkungan usaha, saya mendapatkan orang orang yang
tidak jujur. Padahal niat saya baik dan tulus ingin memberikan mereka pekerjaan
dan penghasilan, namun keinginan baik saya ternyata belum tentu mendapatkan
respon balik yang positif.
Saya selalu percaya bahwa di balik pengalaman
pahit pasti selalu ada pelajaran berharga, harus ada solusi supaya saya bisa
lebih banyak belajar untuk memilih karyawan dengan kriteria yang jujur. Melalui
tulisan ini, saya juga ingin mengulang kembali pengalaman pahit saya agar
menjadi pengingat dan cambukan buat saya untuk tidak mengulangi kembali
pengalaman pahit yang telah terjadi.
Pengalaman Pertama : Bekas
karyawan Fitness yang merugikan perusahaan
Tahun 2014 lalu, saya memiliki seorang karyawan
kepercayaan yang bernama Anto (bukan nama
sebenarnya). Saya sangat percaya dengan Anto karena memiliki badan yang
atletis, pengetahuan fitness yang mumpuni dan banyak menarik member wanita
untuk mendaftar di fitness. Namun seiring berjalannya waktu, Anto mulai banyak
menuntut untuk naik gaji, bahkan bisa sampai 3 kali dalam satu tahun.
Saya selalu menuruti keinginannya untuk naik
gaji, sampai pada tahun 2016 saya baru tahu bahwa Anto adalah tipe karyawan
pembual yang merugikan perusahaan. Saya sudah banyak mendapatkan bukti dan
pengakuan yang mengatakan bahwa Anto sering memberi Privat tanpa sepengetahuan
perusahaan dan uangnya langsung masuk ke kantongnya, bahkan dia suka membuat
bisnis di dalam bisnis dengan melakukan jual beli suplemen yang juga langsung
masuk ke kantongnya, pantas saja omzet suplemen perusahaan langsung terjun
bebas.
Saya segera mengambil tindakan tegas dengan
memberhentikan Anto, Lalu omzet suplemen mulai berangsur angsur naik dan
pemasukan privat di tangan orang yang jujur juga mulai meningkat.
Pengalaman Kedua :
Penjaga kos yang tidak pernah menjaga kost.
Sudah tiga kali saya mengganti penjaga kos.
Penjaga kos yang pertama adalah teman baik saya jaman mahasiswa dulu. Oleh
karena saya sudah kenal lama, maka saya banyak menaruh kepercayaan besar pada
Rendo (bukan nama sebenarnya),
seiring berjalannya waktu, Rendo mulai berkeluarga dan memiliki anak. Setelah
memiliki anak, Kejujuran Rendo mulai dipertanyakan karena dia tidak pernah ada
di kos. Kalaupun saya tanya, “Berapa hari
jaga kos dalam minggu ini?”, jawabannya
selalu ,”Setiap hari
mas, paling saya cuma libur satu hari saja.” Padahal kenyataannya hanya dua hari
di kos, selebihnya pulang kampung. Saya pun akhirnya tidak bisa mempertahankan
Rendo dan memberhentikannya.
Penjaga kos kedua, saya mendapatkan seorang
mahasiswa bernama Eno (bukan nama
sebenarnya). Pada saat wawancara, Eno adalah orang yang bersemangat dan
periang, dia mengatakan butuh pekerjaan karena ayahnya sedang dilanda musibah
bangkrut sehingga tidak bisa membayar biaya kuliah. Oleh karena alasan
tersebut, saya merasa simpati dan menerima Eno sebagai penjaga kos. Namun
seiring berjalannya waktu, Eno tidak pernah ada di Kos, saya pernah ke kos pagi
hari, siang hari, bahkan malam hari, Eno tidak pernah ada di tempat, sampai
puncak batas toleransi saya ketika Eno mengatakan ingin pulang cuti ke daerah Banten
selama seminggu, namun setelah Eno pulang kampung, ternyata pintu rumah tidak
ada yang dikunci, panci kotor bekas mie rebus masih dikompor dan berserakan. Alasan
ini masih ditambah ketidakhadirannya pada pagi, siang, malam di kos yang
membuat Eno akhirnya diberhentikan.
Penjaga kos yang ketiga, saya sendiri yang
mencari melalui iklan di koran, saya melihat ada suami istri yang sangat baik
dan ramah, mereka mengatakan bahwa sebelumnya mereka pernah bekerja di kos
kosan juga, namun mereka baru saja diberhentikan karena kos-kosan yang lama
mempekerjakan saudaranya sendiri. Oleh karena penampilan mereka yang
meyakinkan, ramah dalam bertata krama, maka saya menerima mereka berdua yang
bernama Nevin dan Usni (Bukan nama
sebenarnya). Baru berjalan satu bulan, mereka tiba tiba hilang selama 1
minggu dengan HP tidak aktif. Kemudian setelah kembali ke kos, mereka beralasan
macam macam, sehingga kami masih memberikan kesempatan kedua. Pada bulan kedua
mereka melakukan perbuatan yang sama dengan tiba tiba hilang selama 2 minggu
tanpa kabar dan permisi, serta HP kedua duanya di-nonaktifkan dan tidak bisa
dihubungi, bahkan mereka masih membawa uang 2,5 juta dari anak kos beserta uang
listrik. Maka mereka berdua-pun kami berhentikan.
Pengalaman Ketiga :
Penunggu rumah yang tidak membayar uang sekolah selama 1 tahun
Saya sempat menyekolahkan anak perempuan dari
keluarga yang kurang mampu. Saya dan istri berharap bahwa Santi (bukan nama sebenarnya) dapat membantu
kami mengurusi urusan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, ataupun menemani
anak bermain di rumah. Sampai saat itu, kami sebenarnya sudah menyekolahkan
Santi selama 1,5 tahun di sekolah swasta yang dekat dengan tempat tinggal kami.
Santi awalnya adalah anak yang baik, walaupun
tidak setiap hari membantu menyapu dan mengepel, namun setiap hari minggu Santi
pasti selalu membersihkan rumah sampai bersih. Sehingga kami cukup bersemangat
untuk tetap menyekolahkannya dan menanggung uang jajannya di sekolah. Setelah
masuk semester ke empat, Santi yang sedang berlibur di Jakarta tiba tiba tidak
mau kembali ke Yogyakarta dengan alasan sudah pindah sekolah ke Jakarta. Maka
saya dan Istri mengurus surat pindah Santi, dan kami berdua langsung terkejut
setelah mengetahui bahwa selama 1 tahun belakangan, ternyata Santi tidak pernah
menyetorkan uang SPP ke sekolah (uang
tersebut dipakai Santi entah untuk apa). Saya sangat kaget sekaget-kagetnya.”Bagaimana mungkin Santi yang selalu
membantu kami membersihkan rumah dan berperilaku baik selama ini, ternyata tidak
pernah menyetorkan uang SPP ke sekolah selama satu tahun?”
Saat ini Santi sudah tidak kami sekolahkan di
Yogyakarta karena perbuatan tidak jujurnya yang sangat mengecewakan. Kamipun
tidak begitu yakin bahwa Santi saat ini bersekolah di Jakarta, namun nasi sudah
menjadi bubur dan kami sudah kecewa dengan perbuatan yang telah
dilakukannya.
(****)
Pengalaman demi pengalaman pahit yang telah
terjadi harus saya renungi dan resapi, saya pun ke depan-nya harus lebih
selektif dan hati hati dalam memilih karyawan fitness dan penjaga kos yang
berkarakter jujur. Saya memang mengakui bahwa mudah sekali untuk mencari orang
yang pintar dan berpenampilan luar ramah bahkan sopan, namun cukup sulit untuk
mencari orang yang jujur dan berintegritas.
Namun saya akan tetap terus mencoba untuk
menjadi lebih baik dan akan selalu belajar dari setiap pengalaman pahit yang pernah terjadi.
Comments