Sudah tiga minggu berlalu di
perairan laut dalam Afrika, sejauh mata memandangpun hanya terlihat ujung
lautan berwarna biru terang. Lalu dimana letak daratan ?
Perjalanan kali ini merupakan pengalaman
pertama saya ditempatkan di proyek eksplorasi minyak bumi terbesar di benua
hitam. Metode yang dipergunakan belum pernah saya coba sebelumnya. Setelah
mengikuti beberapa presentasi intensif dan membaca sekumpulan buku buku tebal
yang harus dipelajari dalam waktu singkat, saya baru memahami bahwa metode yang
digunakan bernama Azimut .
Pada saat Indonesia masih dijajah
oleh Belanda, minyak bumi masih sangat mudah ditemukan di daratan karena minyak
sudah muncul dengan sendirinya ke atas permukaan tanah. Kemudian seiring
berjalannya waktu, minyak mulai dicari sampai kedalaman 10-20 meter, semakin
lama manusia terus mencari cadangan minyak di darat dengan kedalaman yang
semakin bertambah. Namun manusia mulai menyadari bahwa cadangan minyak di darat
semakin habis dan jumlahnya terbatas.
Oleh karena itu manusia mulai
melirik lautan. Cerita nya hampir sama persis dengan eksplorasi di darat, pada
awalnya minyak dicari di kedalaman yang cukup dangkal, namun setelah banyak
cadangan minyak ditemukan dan jumlahnya semakin berkurang, manusia kembali
mencari metode apa yang paling efektif untuk menemukan minyak di laut dalam
dengan kemampuan menembus lapisan tanah yang cukup dalam dan lapisan garam
tanpa ada pemantulan kembali ke atas. Setelah riset demi riset dilakukan, pada
akhirnya ditemukan metode yang paling efektif untuk menggambarkan lapisan tanah
di laut dalam adalah dengan menggunakan metode Azimut.
Azimut adalah sebuah proyek
eksplorasi yang terdiri dari beberapa kapal pembentang kabel ditambah beberapa
kapal penarik source. Kapal yang dilibatkan dalam proyek ini bukan hanya 1
kapal saja, melainkan bisa mencapai 5 – 8 kapal. Bisa dibayangkan berapa banyak
komunikasi radio yang didengar sehari hari di dalam radio UHF maupun VHF ?
Disinilah saya ingin kembali menceritakan pengalaman saya sebagai Navigator
yang harus banyak berkomunikasi dengan berbagai departemen di dalam satu kapal
dan juga harus berkoordinasi dan saling memberi informasi dengan kapal kapal
lainya yang berjumlah 6 kapal. Bisa juga dibilang bahwa pekerjaan Navigator sangat
baik ketika diisi oleh orang orang yang suka mengobrol dan aktif dalam
menyampaikan ide serta pendapat.
(****)
Saya jadi ingat bahwa pada saat
saya masih kuliah , disana berkembang pepatah yang mengatakan,”Pada saat
bekerja yang penting itu keahlian , sedangkan komunikasi itu nomor kedua karena
orang pasti akan tahu kalau kita punya kemampuan bagus.” Nah yang sekarang saya
alami pada saat bekerja dengan teman teman dari Western, disini justru
berkembang pepatah ,”Salah Satu hal yang terpenting dalam bekerja adalah
komunikasi , kamu boleh punya kemampuan banyak, namun apa gunanya kalau kamu
tidak bisa meyakinkan manusia dalam bekerja melalui komunikasi.”
Ternyata saya menyadari bahwa
berbeda tempat, beda-beda juga pepatah yang dipercayai, tinggal bagaimana kita
menilai nasihat mana yang lebih tepat dan cocok untuk dijalankan. Namun untuk
saya pribadi, komunikasi merupakan hal terpenting kemudian didukung oleh skill
dan kemampuan. Saya juga memahami setelah bekerja di perusahaan Multinasional
bahwa komunikasi bahasa Inggris itu sangat Penting.
Suatu hari teman filiphina pernah
saya tanyakan,”Rata rata orang filiphina kok bahasa inggrisnya bagus ya, kamu
mulai belajar dari kelas berapa ?” Jawaban yang membuat saya kaget, dia
menjawab,”Kalau kita sih sudah diajarkan sejak dari TK, jadi bahasa inggris
sudah seperti bahasa kedua setelah Tagalog. Wew, saya membayangkan bahwa untuk
saya sendiri baru mempelajari bahasa inggris ketika duduk di kelas 3 SMP,
sedangkan teman filiphina ini sudah dari TK, pantas saja bahasa Inggrisnya sangat
lancar dan tidak terbata bata lagi dalam memikirkan grammar, tenses, dll.
Atau mungkin oleh karena bangsa
Indonesia sangat bangga dengan kebudayaan yang beraneka ragam, sehingga lebih menginginkan
generasi muda untuk mempelajari bahasa
daerah terlebih dahulu daripada bahasa Internasional ? Karena rasa penasaran, saya pernah mencoba
menanyakan tentang bahasa daerah kepada teman saya yang berasal dari Inggris,
“Kalau di Inggris, apakah masih ada bahasa daerah yang harus dipelajari oleh
anak anak muda?” Jawabannya teryata tidak ada, karena pemerintah Inggris sudah sejak
belasan tahun lalu mewajibkan bahasa Inggris adalah bahasa satu satunya yang
digunakan di Inggris.
Jawaban yang sama juga saya dapatkan
ketika saya bertanya kepada teman yang berasal dari Perancis, disana mereka
berbicara dalam satu bahasa yaitu bahasa nasional Perancis. Karena bangga
dengan bahasa Nasional, daerah jajahannya di Afrika pun menggunakan percakapan
sehari hari dengan bahasa Perancis. Sedangkan di Indonesia, mungkin setiap 100
km dapat ditemukan bahasa daerah yang berbeda beda dan juga masih digunakan
oleh generasi muda dalam percakapan sehari hari.
(****)
Cukup jauh perjalanan yang harus
saya tempuh menuju benua Hitam ini mencakup Yogyakarta -> Jakarta ->
Singapore -> Johanesberg -> Angola. Belum lagi masih ditambah waktu
transit di masing masing bandara yang cukup lama, jadi ketika saya akumulasi
total perjalanan udara dari Yogyakarta sampai Angola menjadi sekitar 22 jam.
Dalam 3 tahun pertama ketika saya
bekerja di proyek eksplorasi Migas, biasanya lokasi proyek hanya di sekitar
wilayah asia Tenggara mencakup Malaysia, Vietnam, Filiphina, Indonesia, India.
Sehingga waktu untuk transit berangkat maupun pulang ke rumah rata rata hanya
sekitar 2-3 jam saja di atas pesawat, namun saat ini situasinya sudah berbeda
karena lokasinya sudah jauh berada di sisi barat Negara Indonesia, sehingga
saat ini harus lebih banyak bersabar dalam perjalanan di atas pesawat yang
biasanya saya habiskan dengan menonton film layar lebar.
Oleh karena perjalanan udara yang
mencapai 22 jam ini , saya mulai jadi menyukai film film korea, padahal
sebelumnya belum pernah menonton film korea. Salah satu film terakhir yang saya
tonton dan terbilang bagus adalah film “The Flu” , sungguh baik tata letak dan
persiapan yang dilakukan tim kru film, serta ending film yang begitu
menegangkan. Hal ini berbeda dengan rata rata film Indonesia yang sudah sangat
sering saya tonton ketika berada di atas kapal. Film Indonesia didominasi oleh
2 tema besar yaitu Film horror dengan pemeran wanita wanita seksi yang
terkadang tidak berhubungan dengan judul film, atau film kisah percintaan yang
banyak berakhir menyedihkan di akhir cerita dan dihiasi tangis tangisan. J
Eksplorasi ini cukup jauh sampai
ke Afrika karena saat ini tidak begitu banyak proyek eksplorasi di wilayah Asia
tenggara terutama di Negara Indonesia. Sudah 2 tahun belakangan , kapal ini
belum pernah kembali lagi ke wilayah perairan Indonesia, saya sendiri kurang paham,.
Apakah dikarenakan tidak banyak proyek eksplorasi migas laut dalam di Indonesia
atau karena akhir akhir ini banyak kasus kriminalisasi yang melibatkan pimpinan
oil and gas. Saya masih mengingat kasus dibubarkannya BP migas menjadi SKK
migas, padahal sejauh yang saya ketahui hanya pucuk pimpinannya saja yang
dirubah dan berganti nama, sedangkan karyawan didalamnya sama. Apakah ini
kepentingan politik?
Kemudian salah satu figure yang
saya sangat hormati yaitu Prof. Rudi karena beliau memang ahli di bidang oil
and gas dan banyak membuat kebijakan penting untuk meningkatkan kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi di Indonesia. Namun beliau justru terlibat skandal
korupsi senilai 600.000 dollar ditambah sogokan satu buah motor gede BMW yang
semakin memperburuk citra yang telah dibangunnya selama puluhan tahun. Saya
juga tidak tahu apakah ini termasuk gratifikasi, kepentingan politik, atau
kriminalisasi? Mungkin hanya pihak KPK yang bisa menentukan keputusan serta
sangsi yang diberikan.
Sepertinya Negara kita saat ini terlalu
sibuk mengurusi Pembubaran BP Migas dengan alasan karena BP Migas lebih banyak
memihak kepada Perusahaan asing, mencari koruptor yang diduga banyak mencuri
uang rakyat, dan segala macam hal adminisrasi lainnya. Negara kita justru
melupakan tugas terpenting yang harus dilakukan untuk terus melakukan proyek
Eksplorasi dan Eksploitasi minyak dan gas untuk menjaga pasokan minyak tetap lancar
selama beberapa tahun ke depan. Karena Eksplorasi saat ini akan sangat
menentukan produksi minyak untuk 5 – 10 tahun ke depan, belum lagi ditambah
Kilang Minyak Pertamina yang terakhir dibangun itu hampir sekitar 20 tahun yang
lalu pada tahun 1994 oleh presiden Soeharto, setelah itu kita mulai melupakan
pekerjaan untuk membangun kilang minyak sendiri dan mulai memilih mencari jalan
pintas dengan mengirimkan minyak mentah ke Singapura untuk diproses menjadi
minyak olahan. Jalan pintas memang cara yang paling mudah ditempuh, namun
menyebabkan Indonesia akan selalu tergantung dengan bangsa lain. Kemudian saya menbaca berita di koran bahwa Pertamina berencana akan membangun gedung tertinggi ke 6 di
dunia setinggi 555 meter yang akan dibangun di daerah Kuningan. Menurut pendapat
saya sedikit berlebihan, mengapa? Karena membuat kilang minyak saja kita
beralasan belum cukup dana untuk investasi dan masih bertanya-tanya apakah SDM
nya mampu untuk mengurusi kilang minyak yang baru? Namun di sisi lain ,
ternyata kita sudah mampu membangun gedung pencakar langit setinggi 555 meter !
(****)
I think that’s enough for my
articles today. Saya harus kembali melanjutkan perkerjaan dalam menentukan arah
kapal di benua hitam ini. Sampai bertemu di Yogyakarta untuk satu minggu ke
depan. Merry Christmas and Happy new Year .
Laut Afrika, 13 Desember 2013
Denni Pascasakti
Comments