Tahun ini saya
diberikan kesempatan lagi untuk melancong ke salah satu Negeri di Eropa yang
merupakan tempat lahirnya para pelaut handal Bangsa Viking dari Norwegia.
Persiapan kali ini sudah saya pertimbangkan jauh jauh hari sebelum keberangkatan.
Salah satu persiapan yang sedikit rumit, hanya pada saat pembuatan Visa
Norwegia dikarenakan dokumen yang cukup banyak dan prosesnya membutuhkan waktu
minimal 2 minggu.
- Passport + Visa Norway
- Uang lokal Krone Norwegia / US Dollar
- Letter of Guarantee
- Letter of Invitation
- Pakaian Hangat
- Peta mencakup Airport,Hotel, lokasi training
Dua hari
sebelum berangkat, saya mencoba mencari money changer untuk menukarkan Rupiah
ke dalam mata uang Norwegia yaitu Krone. Perjalanan dimulai dari daerah Blok M
lalu ke Fatmawati, lalu ke Pondok Indah Mall. Mungkin total lokasi money
changer yang saya datangi sudah lebih dari 10, namun hasilnya tetap Nihil !
Ternyata sangat sulit menemukan Krone di Jakarta, oleh karena itu saya
memutuskan untuk mengambil hanya mata uang Dollar US.
Tips : Tidak disarankan membawa rupiah
untuk ditukarkan di Luar negeri, karena sangat jarang Negara Negara di Eropa
yang mau menukarkan rupiah ke dalam mata uang lokal.
Satu hal lagi
yang menjadi pertanyaan cukup penting adalah, “Berapa temperature di Norwegia ?”
Anda pasti tidak mau kedinginan karena tidak menyadari bahwa temperature di
Norwegia pada akhir ahkir tahun biasanya mencapai titik terendah. Untuk
mengeceknya sebenarnya cukup mudah, anda tinggal membutuhkan koneksi internet,
lalu buka website www.google.com , kemudian
ketikkan “Temperatur di Bergen Norwegia.” Hasilnya, anda sudah bisa memprediksi
temperature selama berada di Norwegia nanti.
Hari-H menuju Bergen Norwegia
Sebelum pesawat
berangkat, saya mengecek kembali dokumen dokumen dan tidak lupa juga membawa 5
bungkus Indomie yang akan sangat berguna ketika perut lapar. Sebenarnya tips
ini diberikan oleh teman saya di kapal yang selalu mengingatkan ,”Setiap
perjalanan ke Eropa, Jangan lupa bawa indomie dari rumah, soalnya di Eropa
sulit sekali mendapatkan nasi. Indomie pasti akan sangat membantu kamu.”
Perjalanan
udara saya tempuh kurang lebih 18 Jam dari Jakarta – Kuala Lumpur – Amsterdam –
Bergen. Pada saat check in, tas bagasi saya langsung kirimkan sampai ke tujuan
akhir yaitu di Bergen. Tips lainnya, pada saat check in, lebih baik
mempersiapkan kedatangan anda 3 jam sebelum waktu Boarding, karena saya datang 2 jam sebelum keberangkatan dan
antriannya panjang sekali, sehingga terpaksa saya harus berdiri mengantri sekitar
satu jam. Waktu diatas pesawat saya manfaatkan untuk menonton film film terbaru
Hollywood yang ada di layar depan tempat duduk. Tiga Film saya tonton habis dan
mendengarkan 1 album musik.
Salah satu hal
menyenangkan lainnya naik pesawat KLM, walaupun pramugarinya belum bisa
dibilang muda dan cantik karena rata rata berbadan “besar” dan “senior”, namun setiap tiga jam, makanan selalu
disediakan. Jangan berharap mereka menyediakan nasi, hampir setiap penyajiannya
selalu roti dengan isi yang berbeda beda. But it’s still better than nothing.
(****)
Setelah sampai
di Bandara Bergen Norwegia, saya sedikit heran, Norwegia yang terkenal dengan
biaya hidup tertinggi di Eropa dan merupakan salah satu Negara kaya penghasil
minyak, ternyata mereka hanya memiliki Bandar udara yang terbilang “kecil”. Begitu sampai di Arrival hall, saya masuk ke ruangan kecil untuk mengambil tas
bagasi, kemudian ada pintu keluar menuju ruangan hall yang isinya tempat Money
Changer, ATM, dan pusat informasi.
(Masih ingat sebelumnya saya belum berhasil
menukarkan krone di Jakarta?) Oleh sebab itu di ruangan hall ini saya
mencari cari money changer. “Kok tidak ada ya?” Bagaimanapun saya harus
bertanya kepada petugas informasi, “Where I could exchance money to Krone in
here?”
Petugas menunjuk kepada sebuah kotak mesin yang menyerupai ATM, saya baru sadar bahwa mesin itu bukanlah mesin ATM melainkan Money Changer. Ya, karena di Eropa untuk mempekerjakan orang biasanya membutuhkan biaya yang besar, oleh sebab itu mereka lebih senang mempergunakan mesin sebagai operator dalam melakukan hal hal seperti Money Changer.
Diluar bandara,
saya melihat airport bus Flybussbergen.no
dengan rute dari Airport menuju kota Bergen. Namun harus diingat bahwa hampir
semua transaksi pembayaran di Bergen dilakukan dengan Credit card. Karena saya belum memiliki credit card, saya
harus berjalan sedikit ke loket pembelian tiket secara cash. Tiketnya seharga
100 Krone ( 1 Krore = 2000 rupiah ), jadi perjalanan sejauh 20 km ini
membutuhkan biaya sebesar 200ribu.
Busnya cukup
nyaman dengan kursi longgar dan disediakan koneksi Wi-fi. Namun yang menjadi
pertanyaan selanjutnya ,”Saya harus turun dimana?, kemudian setelah turun di
halte bus, harus jalan kemana untuk menuju hotel?””.
Saya masih
ingat bahwa 1 hari sebelum keberangkatan, saya sudah mengecek via Google Maps
mengenai lokasi Hotel tempat saya akan menginap selama 4 hari nanti. Ternyata
lokasi hotel saya betul betul pas ada di Pusat kota dan sangat dekat dengan
Fish Market. Jadi saya cukup bertanya kepada petugas bus ,”I am going to fish
market, could you please tell me when we arrive in fish masket?”
Petugas bus sangat baik dan beliau menjawab,”Yes indeed, Fish market is on the
thirth stop. I will let you know.”
(****)
Petugas bus memberitahu bahwa saya sudah sampai di Fish Market. Setelah turun, saya coba melihat 360 derajat, “waduh , dimana ya hotelnya?” Saya tetap tidak menemukan tulisan Hotel Scandic Strand. Daripada saya harus berjalan berkeliling membawa 3 tas yang cukup merepotkan, saya melihat ada toko yang menjual kaos bertuliskan Norwegia, karena kaos tersebut cukup menarik, saya beli saja 4 untuk oleh oleh orang tua di rumah, kemudian saya mencoba bertanya lagi ,”I will stay in Scandic Strand Hotel, do you know Where is it?”
Petugas bus memberitahu bahwa saya sudah sampai di Fish Market. Setelah turun, saya coba melihat 360 derajat, “waduh , dimana ya hotelnya?” Saya tetap tidak menemukan tulisan Hotel Scandic Strand. Daripada saya harus berjalan berkeliling membawa 3 tas yang cukup merepotkan, saya melihat ada toko yang menjual kaos bertuliskan Norwegia, karena kaos tersebut cukup menarik, saya beli saja 4 untuk oleh oleh orang tua di rumah, kemudian saya mencoba bertanya lagi ,”I will stay in Scandic Strand Hotel, do you know Where is it?”
Penjual kaos
yang ramah ini menunjukkan arah hotel saya yang sebenarnya sangat dekat sekitar
100 meter saja. “oh I see, thanks you very much.” Lalu dia mengucapkan “Selamat
Jalan.” Hei !, dia bisa berbicara dalam bahasa Indonesia, setelah berbincang
bincang lagi beberapa menit, ternyata penjual kaos ini pernah tinggal beberapa
bulan di Jakarta dan Bali, that’s interesting.
Di Hotel
Scandic Strand Inilah saya akan menginap selama 5 hari 4 malam ke depan,
perjalanan ini untuk mengikuti training DGPS yang diselenggarakan oleh Fugro.
Hal menarik lainnya, Training GPS hanya 4 hari namun saya diberikan waktu 5
hari, jadi saya akan punya banyak waktu untuk menjelajah Bergen Norwegia.
Semoga Tercapai dan Happy travelling !
Best Regards,
Denni
Pascasakti
Bergen, 12
September 2013.
Comments