Kapal mulai terombang ambing, dari kejauhan terdengar suara piring pecah mulai berjatuhan dari atas meja. Dalam suasana kacau dan perut yang semakin terasa mual, saya mencoba mengambil gagang telephon dan berusaha keras menelfon kapten ,”Captain, could you give me weather informaton?” ,captain menjawab dengan suara sedikit was-was,”kecepatan angin (wind speed) 35 knot, Tinggi gelombang (Swell) 5 meter. It’s terrible weather!”
( 2 hari kemudian )
Cuaca di kapal sedikit membaik, . Beberapa hari yang lalu terjadi Badai Typhoon di negara Filiphina,sedangkan kapal Finder yang bertugas mencari sumber minyak sedang beroperasi di wilayah laut Cina Selatan ,tidak jauh dari lokasi badai. Badai typhoon di kapal kami mengakibatkan berserakan nya kertas dan beberapa piring yang pecah. Namun saya bersyukur, kami dapat melewatinya dengan selamat tanpa ada suatu cedera apapun.
Setelah cuaca membaik, Koneksi internet mulai berjalan normal. Saya teringat keinginan untuk melanjutkan kembali petualangan backpacker keliling Indonesia. Awalnya, saya ingin berangkat ke Raja Ampat, namun setelah hitung hitungan anggaran mulai dari Hotel, penginapan, transport, saya mendapatkan angka budget yang cukup besar,sehingga rencana backpacker saya ubah ke kota Manado untuk menjajal tantangan Diving di pulau Bunaken.
(****)
Saya membooking tiket pesawat PP untuk penerbangan Jakarta-Manado secara online. Pertama saya membuka halaman website Lion Air untuk tanggal 12 okt dan 18 Okt, Namun one way-nya saja seharga 1 juta.. Ahh cari lagi yang lain.. Begitu Pula denggan penerbangan Batavia Air yang harganya hampir sama sekitar 1 juta untuk one way. “Hufff..., semoga pilihan terakhir ini dapet tiket promo.. Ya, saya membuka halaman website Sriwijaya Air.” Dannnnn..... Untuk tanggal 12 okt dan 18 Okt, saya dapet 800rb untuk One way, berarti tiket PP nya hanya 1,6 juta... Yesssss...... dapet juga tiket Promo Sriwijaya air.:)
Lalu bagaimana untuk penginapannya? Saya berusaha memutar otak, dan menyadari bahwa saya memiliki beberapa teman di manado. Maklum, pingin nya bisa backpackeran hemat..:) Saya menghubungi teman GTO yang sudah bekerja di manado, namun dia sedang liburan di Jogja. Tidak mau menyerah, saya mencoba menghubungi teman dagadu yang juga bekerja di Manado, namun teman kedua ini juga sedang dinas di Makassar. Dengan harapan bisa menginap gratis yang semakin kecil, tiba tiba saya ingat bahwa di kapal Finder saya memiliki seorang Dokter yang juga memiliki keluarga di Manado. “aha.” Setelah berbincang bincang dengan Dokter Yitro, akhirnya dia berbaik hati menawarkan rumah keluarganya di Manado yang hanya ditempati oleh adik kandungnya, supaya saya bisa menginap di rumahnya. ..”Thanks Dokter Yitro.”
Saya menyadari bahwa NETWORKING sangat membantu saya baik dalam Hal Pekerjaan, Liburan, ataupun beberapa hal menarik lainnya.
(****)
12 Oktober 2011 = MM Plaza, Megamall and Mantos
Setelah perjalanan udara kurang lebih tiga setengah jam dari Jakarta-Surabaya-Manado. saya sampai di Bandara Sam Ratulangi dan menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Manado.
Saya mengeluarkan secarik kertas di kantong sebelah kanan yang berisi alamat keluarga Dokter Yitro, disana tertulis,”Jalan Lumimut, Tikala Kumaraka, Manado.” Haduh.. Dimana itu ya? Naiknya angkot apa? tidak mau repot, saya berjalan ke arah taksi yang ada di depan bandara. Setelah transaksi beberapa menit, sang supir menawarkan harga 85 Ribu untuk diantarkan langsung ke alamat teman saya. “Mahal juga ya”, tapi karena baru pertama kali di Manado dan belum ada gambaran sama sekali, saya menyetujuinya juga.
Rumah Yitro lumayan besar dan luas, sesampainya disana, saya disambut oleh bapak dan ibu saudara Yitro yang sangat ramah. Saya dipilihkan kamar yang besar di ruangan depan dengan kasur spring bed dan Air Conditioner.”wooww...., saya jadi merasa gag enak sama Yitro, Maaf bgt udah ngerepotin.”
Hari pertama ini saya coba mengeksplore Mall-Mall yang ada di Manado. Dari Rumah Yitro daerah tempat Potong, saya naik angkot ke arah Pasar 45 dan turun di MM Plaza. Saya mencoba berkeliling MM Plaza dan menemukan jajanan yang menarik di depan pintu masuknya, jajanan tersebut adalah martabak manis kecil yang dijual seharga 1000 rupiah. Saya membeli 2 dan kembali melanjutkan perjalanan menuju Megamall. Di mall ini saya gag menemukan Studio 21 dan toko buku gramedia pun gag ada, ada sih toko buku tapi namanya “Kharisma” kalau gag salah.
Merasa belum puas melihat kedua mall tersebut, saya melanjutkan perjalanan ke arah Mantos (Manado Town Square) dengan berjalan kaki sekitar 15 menit. Di Mantos akhirnya saya menemukan Studio 21, Sumpah deh, saya kayak orang ilang sendirian di Mall ini.hahaha. Yang lain kebanyakan pasangan muda mudi mulai dari SMP, SMA, sampai anak kuliahan. Saya menyadari bahwa di Manado cewe-cewenya kebanyakan cantik2, rata rata bertubuh langsing, tinggi, putih dan rambut lurus.Pantesan temen temen saya rata2 betah tinggal di Manado. ;p
Banyak orang asli manado selalu mengatakan kepada wisatawan yang berkunjung pertama kalinya ke Manado untuk mencoba 3B yaitu “Bunaken, Boulevard, dan Bubur Manado.” Kemudian setelah itu mencoba 2B yaitu,”Bibir Manado kemudian Bangkrut.” Hahahaha.
13 Oktober 2011 = Bukit Doa dan Danau Tondano
Semalam sebelumnya saya sempat berbincang-bincang dengan adik kandung Yitro, ia merekomendasikan supaya hari ini saya mencoba jalan jalan menuju Bukit Doa dan Danau Tondano. Sehingga paginya saya bangun sekitar jam 6 , kemudian bersiap siap dengan membawa 1 buah Tas kamera Nikkon D90 dan 1 botol air mineral.
Rute Angkot yang saya tempuh dari Rumah Menuju Bukit Doa :
-Rumah (t4 potong) naik Pall II-Karombasan, turun di Terminal Karombasan. (2ribu)
-Terminal Karombasan naik Bus Tomohon, Turun di Bukit Doa (6 Ribu)
Bukit Doa adalah tempat untuk umat beragama katholik atau Kristen yang ingin beribadah Jalan salib, awalnya kita harus mengisi buku tamu di rumah yang terletak dekat pintu gerbang masuk , kemudian membayar 20 ribu. Setelah itu kita akan berjalan menyusuri anak tangga yang menanjak cukup terjal selama 20 menit , dan kita akan sampai di puncak Bukit doa yaitu di pemberhentian terakhir ketika Yesus disalib dan dimakamkan.
Tempatnya bagus, sejuk, disertai nuansa Hijau pepohonan ada disekitar kita. Di puncak bukit doa juga terdapat Gereja, Kantin, Aula, dan Teater tempat pertunjukkan, serta halaman luas yang berhadapan dengan pemandangan kota manado dari atas bukit. Setelah makan siang Nasi Goreng di kantin, saya melanjutkan perjalanan menuju Danau Tondano.
Rute Angkot yang saya tempuh dari Bukit Doa Menuju Danau Tondano :
- Bukit Doa naik Bus ke Tomohon, turun di Terminal Tomohon. ( 6 ribu )
- Dari Terminal Tomohon naik ojek sampai Danau Tondano dan diantarkan balik
lagi ke terminal Tomohon. ( Karena jarang ada Ojek di Danau Tondano ) => 20
Danau Tondano merupakan tempat yang cukup indah, terhampar luas dikelilingi pepohonan hijau dan tambak ikan. Di sepanjang pinggiran danau kita bisa menjumpai restoran yang menjual ikan ikan segar, namun saya hanya mencoba minum kopi karena pada saat itu saya masih merasa kenyang.
Di restoran tersebut, saya berbincang bincang dengan tukang ojek dan penjual makanan yang sangat baik hati. Mereka banyak mengajarkan saya mengenai bahasa manado diantaranya “Cewe gaga” artinya”cewe cantik”, dan “Taprop” artinya”Macet” dan banyak kosakata lainnya. Selain itu mereka menjelaskan bahwa Kata Tondano berasal dari kata “To” yang berarti “Orang” dan “Danau” yang berarti “air”.
Tukang Ojek tersebut biasa dipanggil “Jo”. Ia menawarkan jasa menginap di Rumahnya dekat Danau Tondano, kemudian ada jasa wisata air di Danau Tondano menggunakan Kapal nelayan, dan wisatawan akan diajarkan cara menangkap ikan menggunakan bambu di malam hari.
Contact Person:
Pak Jo = 0853 957 99 513 ( Jasa wisata air Danau Tondano dan Ojek )
Setelah selesai berbincang bincang, saya diantarkan kembali ke Terminal Tomohon, namun sebelumnya kami menyempatkan foto-foto didepan dua patung raksaksa sebagai lambang perjuangan rakyat Tondano melawan belanda, kemudian kami melewati depan makam Dokter Sam Ratulangie yang dianggap sebagai orang yang sangat berjasa di Tondano dan pernah mendapatkan gelar professor pertama di Indonesia.
Rute Angkot yang saya tempuh dari Tomohon Menuju Rumah ( t4 Potong ) :
- Dari Tomohon naik Bus Tondano-manado, Turun di Terminal Karombasan. (5rb)
- Dari Terminal Karombasan naik Karombasan-Pall II, Turun di Tempat Potong.(2ribu)
Jalan jalan hari kedua selesai. Lumayan capek tapi seneng. Malamnya datang teman saya bernama Kellet , dan dia menawarkan Jasa diving Selama 3 hari untuk mendapatkan sertifikat Diving yang telah diakui Internasional yaitu CMAS di bawah naungan POSSI (Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia). Ya..dan saya menyetujuinya..:)
Contact Person :
Pak Kellet = 0812 418 05 648 ( Jasa Sertifikasi Diving di Bunaken )
Harga Sertifikasi = 2,5 Juta ; 3 hari ; 6 kali penyelaman ; gratis buku , CD, dan Kartu selam.
14,15 Oktober 2011 = Pantai Malalayang
Pagi itu saya diantarkan menuju Pantai malalayang bersama Kellet menggunakan sepeda motor. Lucunya, hanya saya satu satunya perserta Kursus selam.hahaha. Sebenernya minimal peserta harus 2 orang untuk dibuka kelas kursus selam, namun setelah Kellet menceritakan keadaan saya yang sudah jauh jauh dari Jakarta serta hanya seminggu di Manado, sang Instruktur merasa tidak tega dan mengijinkan dibukanya kelas kursus selam dengan saya sebagai satu satunya peserta.
Saya dibimbing oleh 2 orang pelatih bernama Nelson dan Fani. Pak Nelson adalah seorang Instruktur senior yang sudah malang melintang di dunia penyelaman selama 15 tahun, sedangkan pak Fani seorang Dive master yang bertugas mengasisteni pak Nelson.
Awalnya saya sedikit kaget, karena saya hanya diberikan penjelasan lisan selama 20 menit, kemudian langsung melakukan diving di pantai malalayang. Saya sedikit belum terbiasa pada saat harus bernafas dan menghembuskan udara menggunakan mulut, sedangkan hidung kita tertutup rapat. Rasa panik terkadang selalu datang, lalu Instruktur menginstruksikan kedua tangan saya agar dilipat didepan dada, mencoba bernafas normal, dan membiasakan diri. Lama lama saya terbiasa dan mulai menikmati pelajaran selam yang diberikan oleh Pak Nelson dan Pak Fani.
Pelajaran selam selama dua hari ini dimulai dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang, Pelajaran terdiri atas penjelasan lisan, penjabaran tugas, dan penyelaman sehari dua kali selama masing masing 50 menit. Pelajaran yang dipelajari seputar Alat-alat yang digunakan, cara menggunakan nya, dan cara perawatan nya. Saya juga diajarkan cara cara jika terjadi masalah ketika menyelam seperti kacamata selam kemasukan air, tabung oksigen habis, melepas pemberat di air, dll.
Buat Saya, Pak Nelson selain sebagai Guru juga saya sanggap seperti seorang ayah, ia benar benar pelatih yang mengajar dengan hati, ketegasan, dan ingin supaya semua anak didiknya tidak hanya sekedar mendapat sertifikat, tetapi juga BISA MENYELAM dengan baik. Hampir semua pertanyaan saya dijawab dan saya tidak henti hentinya diberika pengarahan pada saat saya panik di dalam air... Two Thumbs buat Pak Nelson.
Contact Person:
Pak Nelson = 0813 400 58 479 ( Instruktur Selam di Bunaken )
Pak Fani = 0813 406 22 921 ( Dive Master di Bunaken )
16 Oktober 2011 = Pulau Bunaken
Hari terahir kursus, kita diberikan pilihan,”Mau menyelam di Bunaken atau Lembe ?” Ya, di Manado ada dua lokasi penyelaman yang terkenal, yang pertama adalah Bunaken yang memiliki kelebihan dasar laut terjal, dipenuhi karang berwarna warni , namun tidak begitu banyak variasi flora dan fauna. Sedangkan Lembe memiliki kelebihan sangat banyak variasi flora dan fauna, dasar laut cukup datar, namun tidak begitu banyak karang dan dasar laut kebanyakan hanyalah pasir.
Sayapun memilih Bunaken dikarenakan bunakenlah yang sudah terkenal di dunia Internasional. Awalnya kita menyewa Speed boat kecil untuk perjalanan bertiga, namun ternyata kita ketambahan 5 orang yaitu 2 orang teman dari Jakarta yang bekerja di Slumberger, dan 3 orang lainnya asli manado. Sehingga Speed boat diganti dengan Long Boat besar dengan harga sewa per orang 200ribu.
Perjalananpun dimulai dari Pelabuhan Manado daerah Boulevard, menuju ke Pulau Bunaken. Perjalanan ditempuh selama 40 menit. Setelah sampai di Lokasi Diving Pertama yaitu Fukui , kami turun satu persatu menuju dasar laut dan mulai melihat salah satu keindahan dasar laut Bunaken yang tidak bisa digambarkan dengan kata kata. Di Fukui kami melihat kerang raksaksa dan Penyu Raksaksa serta berbagai macam karang berwarna warni yang sangat indah, selain itu di lokasi ini dasar lautnya masih lumayan datar dengan kedalaman sekitar 18 meter, sehingga kami langsung menjelajahi dasar laut Fukui selama 50 menit dan kembali lagi ke kapal untuk beristirahat.
Setelah penyelaman pertama, kita harus memberikan jeda waktu minimal 1 jam sebelum penyelaman kedua untuk mencegah Dekompresi yaitu menyebarnya Nitrogen masuk ke dalam jaringan tubuh atau otak. Sehingga waktu 1 jam kami habiskan di pulau Bunaken untuk makan siang sambil minum es kelapa muda. Mantapp..
Setelah itu kami menuju lokasi penyelaman kedua di Lekuan, Setelah sampai dibawah air, saya tidak melihat dasar lautnya, karena kedalaman nya mencapai 200 meter, padahal untuk one star seperti saya, hanya diperbolehkan menyelam kurang lebih di kedalaman 18 meter. Jadi Bentuk dasar laut di Lekuan adalah dari tepi pantai dengan kedalaman air 10 meter, kemudian tiba-tiba ada tebing terjal sampai ke kedalaman 200 meter, jadi kita berwisata air di terbing terjal tersebut yang dipenuhi berbagai flora dan fauna yang aneh aneh dan cukup beragam. Saya menyelam sampai kedalaman 23 meter selama 40 menit, kemudian naik ke kedalaman 5 meter untuk melakukan safety stop selama 5 menit dan kembali ke atas kapal.
Perjalanan kursus hari terakhir sungguh luar biasa, sayapun mendapatkan kartu semi permanen dari pak Nelson untuk bisa menyelam diseluruh lokasi penyelaman di Indonesia dan sekitarnya, Untuk mendapatkan kartu permanen nya, saya harus menunggu sekitar 3 minggu kemudian mengambil di kantor POSSI Jakarta daerah senayan. Hari ini saya sangat puas... That’s Awesome.
17 Oktober 2011 = Bukit Kasih
Pada saat bangun pagi, badan terasa pegal pegal, maklum 3 hari berturut turut melakukan kursus selam yang cukup membuat badan sedikit encok. Tapi setelah dipikir pikir,”Hari ini ngapain ya? Kok garing di rumah aja”, karena itu saya kembali mengambil tas kamera serta bersiap siap untuk menuju lokasi wisata yang akan menjadi lokasi terakhir di Manado dikarenakan besok paginya saya sudah harus kembali ke Jakarta.
Tempat wisata yang saya incar adalah Bukit kasih, entah mengapa banyak orang di manado setiap saya tanya,”Tempat apa ya pak yang bagus di Manado?” Pasti kebanyakan menjawab,”Bukit Kasih saja mas, bagus pemandangan nya, udara dingin, dan bisa makan jagung bakar yang direbus langsung dari kolam belerang panas. Karena itu saya penasaran dan menetapkan berangkat ke Bukit kasih sendirian dengan menggunakan Angkutan umum.
Rute Angkot yang saya tempuh dari Rumah (t4 Potong) Menuju Bukit Kasih :
- Dari T4 Potong naik angkot Karombasan-Pall II, Turun Terminal Karombasan (2ribu)
- Dari Karombasan naik angkot kawangkoan, turun terminal Kawangkoan (10ribu)
- Dari terminal Kawangkoan naik Ojek sampai Bukit Kasih (10ribu)
Contact Person:
- Pak Ojek = 0821 958 34 358 ( Ojek Kawangkoan-Bukit KAsih )
Yang paling saya ingat ketika dari terminal Karombasan naik Angkot Kecil menuju Kawangkoan, Sumpah.. Parahh abisss angkotnya, udah angkot kecil, orang-orangnya kebanyakan dari pasar dan ada bau2 yang mengerikan, banyak yang bawa sayur. Haduhh.. capee deh... Udah gitu perjalanan nya kurang lebih satu setengah jam pula.. Mantap...
Namun itu semua terbayar setelah saya sampai di Tempat Wisata Bukit Kasih, Tempatnya sangat luas, didepan pintu pasuk ada tugu berwarna putih setinggi 10 meter, dan saya menuju lokasi pembelian tiket masuk. Disana saya diwajibkan membayar 20ribu, kemudian memulai perjalanan menapaki sekitar 1000 anak tangga menuju ke lokasi puncak Bukit kasih.
Mungkin ketika saya menapaki anak tangga ke 600-an, nafaas saya mulai tersenggal senggal. Hufff... capek euy...Mana gag bawa minum, trus saya juga cuma memakai celana pendek dan sandal Jepit... Keren banget ya.. Jadi sekedar mengingatkan, jika kamu mau ke Bukit kasih, usahakan memakai celana panjang supaya gag digigit nyamuk, membawa minum, dan memakai sepatu karena tangga tangganya cukup terjal dan berbatu batu.
Sebelum sampai di puncak, saya berkenalan dengan dua orang wisatawan bernama Mike yang bekerja di Perusahaan IT di Manado, dan Adriand yang ternyata seorang pendeta dan sedang liburan di Manado, Mereka orang yang sangat ramah dan menawarkan kepada saya supaya pulangnya nanti diantarkan mereka naik motor sampai Terminal kawangkoan, jadi gag usah nyari nyari ojek. Thanks ya Friends.:)
Sesampainya di Puncak, saya melihat Salib setinggi 20-an Meter. Woww.. Tinggi juga ya, kalau kata teman saya Mike, dahulu pernah patung ini dianggap sebagai patung salib tertinggi di Asia Tenggara. Namun saat ini saya melihat di puncak bukit kasih, kurang dilakukan perawatan yang ditandai dengan banyaknya sampah bertebaran dan beberapa renovasi yang belum selesai namun dibiarkan begitu saja oleh pemerintah setempat.
Kemudian setelah istirahat 15 menit, kami menuruni anak tangga , dan kami melihat ada 5 tempat ibadah yaitu Masjid, Gereja katholik, gereja Kristen, Pura, dan tempat Ibadah umat Budha. Menurut penduduk setempat, Rumah ibadah yang berbeda beda ini melambangkan kerukunan dan toleransi umat beragama di Manado.
Kami menuruni kembali anak tangga sampai pada sebuah kolam belerang raksaksa dimana kita dapat berjalan diatasnya yang dikelilingi uap air, didekat sana juga ada warung yang menjual jagung bakar dan jagung rebus yang langsung direbus diatas kolam belerang menggunakan uap panasnya. Tapi saya tidak sempat mencicipinya, karena teman teman saya ternyata sudah ingin kembali ke Manado dikarenakan ada acara, kemudian kami boncengan bertiga ( Cenglu=Bonceng Telu ) menuju Terminal Kawangkoan. Asik, gag usah nyewa ojek lagi , jadi bisa menghemat 10 ribu.:)
Rute Angkot yang saya tempuh dari T. Kawangkoan Menuju t4 Potong :
- Dari T.Kawangkoan naik Angkot Karombasan, Turun di T.Karombasan (10ribu)
- Dari T.Karombasan naik angkot Pall II, turun di T4 Potong (2ribu)
Pada saat perjalanan menuju rumah, tukang ojek yang mengantarkan saya ke bukit kasih sempat menelpon dan menanyakan keadaan saya, apakah saya masih di bukit kasih atau sudah pulang, karena beliau khawatir dengan keadaan saya. Mendapat telepon seperti itu, saya jadi tidak tega karena saya lupa mengabarkan ke tukang ojek tersebut, sehingga saya mengatakan bahwa saya sudah pulang duluan karena diantarkan teman, kemudian saya meminta maaf. Tukang ojek tersebut mengatakan tidak apa2, dan ia benar benar murni ingin mengetahui keadaan saya... benar benar Tukang ojek yang baik hati serta Tulus.. Semoga Tuhan selalu memberikan rejeki yang lancar kepadanya.amien
18 Oktober 2011 = Go back to Jakarta
Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan . Setelah 6 hari berturut turut jalan jalan keliling Manado dan Bunaken, tibalah saatnya saya harus kembali ke Jakarta. Saya mengucapkan banyak sekali terima kasih kepada keluarga Yitro dan Yitro sediri atas kesediaan nya telah mengijinkan saya menginap dirumahnya selama 6 hari dan sempat menyediakan sarapan pagi untuk saya.
Akhir kata saya teringat kata-kata yang pernah diucapkan oleh Bpk Prof. Sam Ratulangi yang berbunyi “'Sitou Timou Tumou Tou” yang artinya “Manusia hidup untuk menghidupi, mendidik, dan menjadi berkat untuk orang lain.”
Sayapun menyadari bahwa sampai hari ini, saya masih memiliki banyak kekurangan dan belum menjadi berkat untuk orang lain. Saya mengucapkan Terima kasih atas semboyan Bpk Prof. Sam ratulangi yang telah mengingatkan saya supaya bisa memberikan manfaat untuk orang lain sesuai kemampuan saya.
Rincian Biaya :
- Tiket Pesawat = 1.600.000
- Taksi dan Transport hari I = 89.000
- Tiket Bukit Doa = 20.000
- Transport hari II = 41.000
- Diving Sertifikat = 2.500.000
- Transport hari III dan IV = 16.000
- Sewa Kapal = 200.000
- Transport hari V = 8.000
- Transport hari VI = 34.000
- Tiket Bukit Kasih = 20.000
Total biaya Explore Manado dan Diving di Bunaken selama 7 Hari dan 6 Malam :
4.528.000
Semoga Informasinya Bermanfaat
Best Regards
Denni Pascasakti
Jakarta, 2 November 2011 ,pk.09:22
www.dennipasca.blogspot.com
Comments