Skip to main content

Posts

Showing posts from 2020

Tips Negative Swab Test

  Sampai hari ini, saya sudah melakukan 3x Swab test dan 3x Rapid test yang semua hasil nya negatif. Swab test pertama dilakukan di Wisma Atlet Pademangan ketika saya baru saja tiba di Jakarta dari Mesir, Swab test kedua di RS Hermina Jogja ketika saya akan berangkat bekerja di Batam, dan Swab test terakhir di Klinik Medilab Batam ketika saya pulang ke Jogja. Awal-awal saja karena belum terbiasa, rasanya shock untuk pengambilan swab pertama kalinya, namun setelah pengambilan kedua dan ketiga ternyata tidak sakit. Memang saya setuju lebih baik diam di rumah saja untuk menghindari virus Corona, namun kehidupan terus berjalan dan saya pun harus tetap bekerja. Untuk bekerja di Offshore, saat ini persyaratannya bahwa semua crew harus swab test, sebenarnya bagus prosedurnya, sehingga crew yang bekerja di offshore memang sudah dijamin 100% bebas dari virus Corona. Jadi mau tidak mau saya harus terus melakukan swab test setiap kali akan bekerja di Offshore, mungkin sampai nantinya vaksin

OGUK/UKOAA Medical Check Up di Jogja

Baru tahun 2020 ini saya mengetahui ada OGUK Medical Check Up (MCU) di Jogja. Sejak tahun 2010-2014, saya harus mengunjungi Singapura untuk mengambil MCU di daerah Orchard Road. Kemudian tahun 2015-2018, saya bolak balik Jakarta-Jogja untuk mengambil MCU di  daerah Cipete. Lalu di tahun 2020 ini, saya mencoba browsing OGUK MCU di Jogja. Ternyata ada ! Saya coba tanyakan ke senior yang sudah malang melintang di dunia offshore, dia juga meyakinkan bahwa Klinik di Jogja memang betul sudah berstandar OGUK. Walaupun masih belum percaya, saya coba membuka website resmi OGUK dan menemukan bahwa untuk Klinik Anugerah Ibu yang berstandar OGUK itu salah satunya ada nya di Medan. Beruntungnya di website tersebut disertakan alamat email dokter OGUK di Medan, kemudian saya kirimkan email untuk menanyakan apakah benar MCU di Jogja sudah berstandar OGUK. Setelah berselang beberapa hari, Dokter OGUK tersebut membalas email saya dan meyakinkan bahwa Klinik Anugerah Ibu di Jogja memang bisa melaku

Kebiasaan Hutang dan Prinsip Keluarga

Setiap   orang memiliki pendapat masing-masing ketika ada teman yang datang untuk meminjam uang. Namun bagi saya, apabila ada teman yang datang untuk meminjam uang, maka mereka hanya akan membuang waktu dan tenaga yang pada akhirnya akan berakhir kecewa. Karena sudah merupakan prinsip di keluarga saya bahwa kami tidak bisa lagi meminjamkan hutang, keputusan ini berangkat dari banyak pengalaman pahit sebelumnya dimana kami sudah berusaha untuk membantu teman, namun pada akhirnya justru memperburuk hubungan pertemanan kami karena hutang yang sudah dipinjamkan ternyata sulit untuk diminta kembali. Pengalaman berikutnya kami sudah meminjamkan hutang, dan ketika kami membutuhkan untuk keperluan mendesak, orang tersebut malah sulit dihubungi. Menurut saya, jika ada teman yang mengejar-ngejar untuk berhutang justru kurang tepat, karena saat ini sudah banyak sekali lembaga/institusi yang dengan senang hati akan meminjamkan uangnya kepada anda melalui : 1.     Bank Bank memi

Melatih Anak Belajar Sepeda

Baru kali ini saya meninggalkan keluarga di rumah dengan rekor terlama selama 4 bulan. Sesampainya di rumah, saya menyadari bahwa anak saya masih saja naik sepeda roda 4 dan belum ada perkembangan sama sekali sejak satu tahun yang lalu. Umur anak saya sudah 3 tahun 11 bulan. Walaupun ada beberapa anak lainnya yang masih belum bisa naik sepeda roda dua, tetapi sudah banyak anak anak seumuran yang mahir naik sepeda roda dua tanpa bimbingan orang tua nya lagi. Disini saya jadi merasa bersalah karena saya sebagai seorang ayah sudah meninggalkan keluarga cukup lama dan efeknya, anak saya menjadi ketinggalan di beberapa hal seperti naik sepeda roda dua. Namun merasa bersalah saja memang tidak cukup, harus ada tindakan nyata untuk mengejar ketertinggalan. Saya segera melepas dua roda tambahan dan membuang roda tersebut dengan maksud supaya anak saya tidak kembali lagi ke sepeda roda 4. Kemudian saya tekadkan juga dengan meluangkan waktu sehari dua kali untuk mengajari langsung an

Vaksin Influenza 4 Strain

Pandemi Corona sudah masuk ke Indonesia sejak   Februari 2020, hal ini telah banyak menyulitkan banyak orang termasuk saya. Dimulai dari sulitnya pulang kembali ke Indonesia karena penerbangan Internasional dan domestik yang ditutup sejak bulan April, kemudian setelah dibukanya kembali semua penerbangan di bulan Mei, namun masih disertai berbagai macam persyaratan dokumen ditambah karangtina di Wisma Atlet yang telah saya ceritakan di artikel sebelumnya. Setelah melalui proses yang panjang, saat ini saya sudah sampai di rumah dan saya telah menjalani 2 kali rapid test dan 1 kali swab test yang keseluruhan hasil nya Non-Reaktif (Negatif), namun pada saat saya keluar rumah hanya dengan memakai masker dan menjaga jarak sepertinya masih belum cukup, karena tetap saja belum ada antibody yang terbentuk di dalam tubuh untuk mencegah virus Corona. Sejauh ini, hampir semua negara di dunia sedang berlomba lomba untuk membuat vaksin Corona yang masih harus melalui berbagai macam tahap

Menembus Penerbangan Domestik di Jakarta

Beberapa hari sebelum penerbangan ke Yogyakarta, sempat heboh di media massa mengenai padatnya antrian di Terminal II keberangkatan Bandara Soekarno-Hatta, bahkan ada yang mengatakan pemeriksaan dokumen begitu ketat-nya sampai ada 5 checkpoint. Melalui tulisan ini, saya ingin menceritakan pengalaman keberangkatan domestik di bandara tanggal 26 Mei lalu yang ternyata berkebalikan dengan yang ada di media massa, karena Bandara saat ini begitu sepi dan jumlah checkpoint hanya ada 3 + proses check-in serta tidak terlalu ketat pemeriksaan nya. (****) Saya berangkat dari Bandara International Hotel sejak 4 jam sebelum keberangkatan. Alasan saya berangkat cukup awal karena sudah was-was dengan adanya berita di media massa yang menyebutkan bahwa terminal II penuh sesak dan mengantri panjang. Setelah shuttle bus sampai di Terminal II, saya heran karena bandara begitu sepi dan hanya terlihat dua orang saja yang mulai masuk ke dalam. Setelah saya turun dan mengambil tas, saya

Menuju Karangtina di Wisma Atlet (Part II)

Pukul 17:00, bus mulai berjalan dari bandara Soekarno Hatta menuju ke Wisma Atlet Pademangan. AC menyala sepanjang perjalanan dan bus dalam kondisi bersih, hanya saja saya khawatir dan tetap memasang masker karena saya tidak pernah tahu siapa yang positif dan siapa yang negatif di dalam bus ini. Sekitar pukul 18:00, bus mulai memasuki jalan di depan Wisma Atlet, namun   banyak bus sudah berjajar didepan bus kami, sehingga kami harus menunggu bus yang paling depan menurunkan penumpang satu per satu dan hal ini memakan waktu yang cukup lama sekitar 45 menit. Selama menunggu, ada orangtua dari mahasiswa S1 yang khawatir anaknya lapar karena sudah jam berbuka puasa, saya melihat orangtuanya terus menelfon dengan was was sampai kemudian membawakan plastik besar berisi Nasi padang yang dibagi bagikan kepada penumpang yang sudah lapar. Ada TKW juga yang tidak bisa menahan lapar kemudian memesan batagor yang dijual di halaman Wisma Atlet. Bus akhirnya sampai di Pintu Gerbang da

Menuju Karangtina di Wisma Atlet (Part I)

Waktu di jam tangan saya menunjukkan pukul 15:10 WIB, Pesawat dari Middle East hampir mendarat di Bandara Soekarno Hatta. Selama 1 jam terakhir saya sibuk mencari informasi menggunakan Wi-Fi Onboard mengenai karangtina dan test Swab yang diwajibkan bagi semua WNI yang datang dari Luar negeri ke Indonesia, informasi ini pun baru saya ketahui karena 1 minggu sebelumnya di bandara hanya dilakukan Rapid test saja dan 2 minggu sebelumnya bahkan lebih ringan lagi dimana hanya dilakukan pengecekan suhu tubuh. Dari keseluruhan informasi yang saya baca, belum ada satupun cerita pengalaman mengenai test swab yang dilakukan di Wisma Atlet. Setelah pesawat mendarat, saya melihat keluar jendela dan pesawat sedang menuju ke terminal 3 kedatangan di Soekarno Hatta, kami penumpang turun satu per satu dan berjalan di dalam corridor. Sebelum sampai di Loket imigrasi, ternyata sudah ada bangku bangku berjajar kebelakang dan kami diwajibkan untuk duduk disana. Kami harus memasuki pos demi pos seb

Surat Repatriasi dari Perwakilan RI

Orang orang baik banyak yang tersebar dimana saja selama kita terus berfikir positif. Awal Mei 2020 lalu, saya masih berada di Mesir dan ingin bisa pulang ke Indonesia karena pekerjaan telah selesai. Salah satu dokumen yang diperlukan untuk tiba di Jakarta dan nantinya bisa melanjutkan perjalanan domestik ke Yogyakarta adalah Surat Repatriasi dari perwakilan RI. Saya belum pernah mengurus surat repatriasi sebelumnya dan bahkan saya tidak tahu apa saja dokumen yang diperlukan. Oleh karena itu melalui tulisan ini saya ingin menjelaskan secara lengkap pengalaman saya ketika mengurus surat Repatriasi sampai akhirnya bisa membawa saya pulang ke Indonesia. Awalnya saya menanyakan kolega di kantor mengenai bagaimana cara mengurus surat repatriasi ini, lalu dikirimlah salah satu contact person dari Perwakilan RI di Mesir yang bernama ibu Anikma ( bukan nama yang sebenarnya ). Karena ingin bisa menghemat waktu, saya mencoba menghubungi beliau , namun ternyata aplikasi Whatsapp ti

Model Investasi yang saya Reject

Akhir akhir ini banyak sekali masyarakat yang tertipu oleh karena jargon “program investasi”, kadang saya ikut kesal juga bahwa kejadian ini sudah terjadi berulang kali, modusnya sama, tetapi masih saja ada orang yang tertipu. Melalui artikel ini saya ingin menceritakan pengalaman pribadi mengenai berbagai tawaran investasi yang pernah saya tolak dan lucunya hampir setiap bulan, selalu ada orang lain yang datang dan menawarkan tawaran investasi dengan produk yang sama. Macam macam investasi yang pernah saya tolak : 1.     Skema Ponzi M** Ini yang saya heran, kawan saya yang memiliki pendidikan tinggi dan bahkan belajar di universitas yang terkenal, dia semangat sekali menawarkan investasi M** dimana polanya kita harus menabung Rp1.000.000 lalu dijanjikan mendapat bunga Rp300.000 per bulan. Omong kosong! Ketika saya pelajari websitenya, lokasi kantornya saja tidak ada bahkan nomor telfon nya hanya mencantumkan nomor handphone. Sekarang investasi ini sudah berakhir.

Books

Most of my previous articles were written in local language (Bahasa Indonesia), might be this is my first articles in English. I realized that English was so important in my daily work and activities, so I would like to keep practicing by always write this article and another articles in the future in English. Firstly, I would like to tell about one of my hobby which is reading a lot of books. When I was kid, I really want to read a lot of book, but I have limitation in money at that time. I don’t even have spare money to buy a book because most of my money I have use it for food and transportation to go home. Once I got my first job on 2010, and I get my first salary, I used to buy at least 2-3 books every month to get back my hobby that I cannot get when I was kid. Book that I have read were vary from history, biography, motivation, and business, but the price to buy a book here is not cheap , you can see the average for one good book is between 150.000 – 200.000 rupiah,