“Perjalanan seribu mil selalu dimulai dengan langkah
pertama”
(****)
Sejak saya tinggal di Yogyakarta, saya senang ketika
melihat kos kosan yang tertata rapi , memiliki
taman, dicat elegan, dan memiliki pagar yang rapi didepannya. Pada saat itu, saya
hanya bisa membayangkan dan mem-visualisasikannya dalam alam pikiran saya
sendiri dan berfikir, “Suatu hari nanti, saya harus bisa memiliki kos kosan
seperti ini”
Saya yakin akan adanya pepatah lama yang mengatakan
bahwa “Perjalanan seribu mil selalu
dimulai dengan langkah pertama”. Oleh karena itu, langkah pertama untuk
memulai sebuah kos kosan pastinya bahwa kita harus memiliki tanah. Sejak saat
itu, saya begitu terobsesi untuk mencari tanah di daerah Yogyakarta yang dekat
dengan daerah kampus.
Proses pencarian tanah ini sebenarnya sudah saya mulai
sejak tahun 2013, banyak sekali lika liku dalam mencari tanah yang tepat dan
bersertifikat. Oleh karena itu, melalui artikel ini, saya ingin kembali
menceritakan berbagai pengalaman menarik selama kurang lebih 2 tahun sampai
akhirnya saya menemukan lokasi yang tepat dengan legalisasi yang jelas.
Pengalaman pertama, saya mencari makelar yang menjual
tanah di seputaran jalan Kaliurang, Akhirnya ketemu! Beliau membawa saya ke
lokasi tanah di daerah jakal km 7, Namun dengan luas 300 m, total harganya
menjadi luar biasa mahal. Satu hal yang saya heran, dengan harga yang sudah
mahal, status tanahnya masih Girik/Letter C. Sehingga saya mulai mundur.
Pengalaman kedua, saya menemui makelar yang agak “sangar”
karena badan dan tangannya bertato. Saya mulai merasa kurang nyaman dari sejak
awal, tapi saya coba jalani terlebih dahulu. Ketika tiba di lokasi tanah,
Lokasinya kurang tepat karena terrain tanahnya menurun, harganya mahal, dan
yang lucu-nya, Sertifikatnya masih tanah Pertanian ! Saya sudah paham untuk
tanah pertanian selain harus dikeringkan, Balik namanya harus satu kecamatan.
Kali ini saya mulai mundur lagi untuk kedua kalinya.
Pengalaman ketiga, Lokasi sudah tepat karena pinggir
jalan, Jalannya-pun sudah beraspal, Harga masih masuk akal untuk lokasi yang
strategis. Janjian-lah saya untuk bertemu dengan tuan pemilik tanah. Setelah
bertemu, Saya sedikit kurang nyaman karena pemilik tanah justru lebih galak.
Wajar jika saya sebagai pembeli ingin bertanya lebih banyak, namun pemilik
tanah menjelaskannya dengan nada agak tinggi dan kasar. Aneh sekali! Hal
terakhir yang membuat saya mundur karena “Nama Pemilik” di sertifikat ternyata
bukan nama beliau, melainkan masih nama pemilik lama.Namanya pun tidak tertera
pada dokumen Jual Beli. Saya tertawa dalam hati karena legalisasi yang tidak
jelas namun pemilik tanah masih “ngotot” ingin menjual tanahnya, Lagi lagi kali
ini saya mundur kembali.
Pengalaman Keempat, Kelima, Keenam hampir sama dengan pengalaman sebelumnya, Selain harganya yang sungguh tidak masuk akal, atau lokasinya yang masih di pelosok pedalaman, pernah juga saya ditawarkan lokasi tanah disebelah kandang ayam dan kandang sapi. Hehehe.. Siapa juga orang yang mau ngekos kalau di sebelahnya bau Sapi dan bau ayam. :p Namun saya masih belum menyerah dan terus mencoba.
Banyak yang bilang “Tanah atau rumah itu jodoh
jodohan.” Betul sih, memang harus berjodoh dulu baru Deal ! Setelah 2 tahun
pencarian panjang, baru pada tahun 2015 lalu, saya menemukan lokasi yang cocok
karena dekat dengan kampus, harganya masuk akal, dan yang lebih penting lagi
legalisasinya terjamin dan jelas. Sebelum membeli saya meneliti dengan ekstra
hati hati sampai mengunjungi 2 Notaris untuk Cross Check dan validasi BPN.
Semuanya Clear ! Sehingga tanpa berlama lama saya-pun langsung Deal dengan
Pembeli yang orangnya ramah dan santun, Beliau juga mau menemui ke beberapa
notaris untuk pengecekan di saat beliau harus menjemput anaknya di sekolah.
Setelah saya memiliki tanah, saya mulai membangunnya pada
tanggal 17 Agustus 2016 lalu tepat di hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Selain mudah untuk mengingat tanggal penting peletakan batu konstruksi pertama,
Hal lainnya saya berharap semoga dengan dimulai-nya di hari kemerdekaan
Indonesia, hal ini dapat memberi semangat merah putih dalam terus membangun
sampai selesai nanti dan bermanfaat bagi banyak orang.
Prinsip saya dalam berbisnis, saya harus membawa
manfaat bagi banyak orang diantaranya keluarga saya, orang lain dan masyarakat
sekitar. Sehingga saya berharap bahwa kehadiran saya di dunia, bisa menjadi
terang dan berguna bagi orang lain. Saya percaya bahwa untuk memiliki cita
cita, semuanya diawali dari sebuah mimpi, memvisualisasikannya, dan segera
mengambil langkah pertama untuk mewujudkannya.
Semoga Bermanfaat.
Denni Pascasakti
Comments