Tiga minggu sudah berlalu di atas
kapal berbendera Indonesia yang mengarungi samudera sampai di laut Afrika untuk
eksplorasi minyak bumi. Suhu udara pada trip perjalanan kali ini pun saya rasakan
sangat panas ,terbukti setelah melakukan aktifitas selama 3 jam di top deck dan
terjemur langsung sinar matahari, saya menyadari bahwa kulit saya segera
berubah menjadi coklat.
Tidak heran juga mengapa banyak
orang Afrika yang berkulit hitam dikarenakan suasana suhu udara yang panas,
matahari bersinar hampir sekitar 14 – 15 jam dalam sehari, belum lagi ditambah
daratan di Afrika yang sebagian besar dipenuhi oleh gurun pasir dan tanah
tandus. Saya menjadi sangat bersyukur bisa dilahirkan dan besar di tanah air
Indonesia yang subur.
(****)
Perjalanan kali ini ,saya membawa
dua buku yang sempat dibeli di Togamas Yogyakarta, buku yang pertama berjudul “Membangun perusahaan Energi Nasional”
yang ditulis oleh Salis S.Aprilian dan menurut saya buku ini banyak menjawab
banyak pertanyaan saya seputar perkembangan minyak bumi dan sejarahnya di
Indonesia yang akan banyak saya bahas pada tulisan ini. Buku kedua berjudul “Good News From Indonesia” yang ditulis
oleh Akhyari Hananto dan menurut saya buku ini sangat inspiratif karena banyak
mengangkat berita berita positif yang terjadi di Indonesia.
Setelah membaca buku pertama,
saya kembali menyadari bahwa produksi minyak Indonesia ternyata “lebih besar
pasak daripada tiang” apabila dibandingkan dengan konsumsi BBM Indonesia. Sebagai catatan saya mengambil data dari
kementerian ESDM pada tahun 2011 bahwa Produksi Minyak Indonesia Sebesar
902.000 bph, Sedangkan Konsumsi Minyak Indonesia sekitar 1.312.000 bph. Berarti
kalau kita hitung selisihnya, Indonesia
mengalami defisit minyak sekitar 410.000 barrel.
Kemudian Juga dijelaskan bahwa
Indonesia pada tahun 2011 tersebut meng-ekspor minyak mentah ke luar negeri
sekitar 361.000 barrel , namun sebaliknya justru membeli minyak mentah sebesar
272.000 barrel dan membeli BBM yang sudah jadi sekitar 499.000 barrel. Saya
mendengar informasi bahwa minyak mentah hasil produksi dari bumi Indonesia
merupakan minyak kualitas terbaik, oleh karena itu minyak ini sebagian diekspor
keluar negeri karena bernilai lebih mahal dan akan banyak pasar yang memburu
minyak mentah kualitas terbaik. Saya hanya mengkalkulasi kecil kecilan bahwa
apabila total Import BBM Indonesia sebesar 771.000 barrel/ hari, sedangkan
harga minyak dunia rata rata sekitar 100 USD per barrel, maka setiap harinya Indonesia harus mengeluarkan uang sebesar 77.100.000
USD. Sebuah angka yang menurut saya sangat fantastis dan dapat diambil
kesimpulan bahwa Negara Indonesia tidak lagi bisa disebut sebagai Negara yang
kaya akan minyak, oleh karena itu sejak tahun 2008, Negara Indonesia sudah
keluar dari keangotaan OPEC dan menjadi Negara pengimport minyak.
(****)
Menurut saya pribadi, Indonesia
masih punya banyak harapan apabila kita terus bekerja keras untuk melakukan penemuan
penemuan baru dan juga meningkatkan produksi minyak bumi, ditambah catatan penting
bahwa Indonesia harus bisa menjadi bangsa yang mandiri dan mengurangi
ketergantungan minyak dengan bangsa lain. Mengapa saya sebutkan disini bahwa Indonesia
masih belum menjadi bangsa yang mandiri ? Mari kita simak beberapa catatan
dibawah ini :
1. Indonesia masih terus membeli minyak mentah sebesar 272.000 barrel/ hari dari Negara Iran.
Beberapa waktu
lalu Selat Hormuz sempat menjadi perbincangan Hangat. Negara Iran sempat
dituduh oleh Badan Energi Atom Nasional telah melakukan perencanaan pembangunan
instalasi nuklir, sehingga Negara Negara Adidaya seperti AS, Inggris, Kanada
mengenakan sanksi kepada Iran berupa embargo yang berpengaruh terhadap bank
sentral dan ekspor minyak Iran.
Iran yang saat
itu masih emosi segera mengumumkan apabila sanksi tetap dijalankan, Iran akan
menutup Selat Hormuz. Selat ini memiliki peranan yang sangat peting karena setiap
harinya selat ini merupakan jalur kapal kapal tangker Minyak dari Iran menuju
Asia yang memasok konsumsi minyak mentah untuk Negara Negara di Asia Tenggara
salah satunya Indonesia.
Bisa dibayangkan
apabila saat itu Iran benar benar menutup Selat hormuz dan menyebabkan kapal
Tangker Iran tidak bisa menjual minyaknya ke Indonesia, maka Indonesia akan
kekurangan pasokan minyak dari timur tengah, kemudian BBM menjadi langka di
SPBU dan menyebabkan lumpuhnya ekonomi di sektor Transportasi dan pembangkit
listrik. Bagaimanapun bisa dibilang bahwa BBM Indonesia sampai saat ini masih
tergantung kepada Negara Negara di timur tengah salah satunya Negara Iran.
2. Indonesia masih terus membeli BBM siap pakai sebesar 499.000 barrel/ hari dari Negara Singapura.
Singapura merupakan
Negara yang cukup cerdas, pemerintah SIngapura menyadari bahwa mereka tidak
memiliki sumber daya alam yang memadai salah satunya seperti sumber daya air
masih membeli dari Malaysia,dan sumber daya gas masih membeli dari pihak Indonesia.
Oleh karena itu pemerintah Singapura merasa perlu membangun Instalasi kilang
kilang minyak yang kemudian diklaim sebagai kilang minyak tercanggih di kawasan
Asia sehingga walaupun tidak ada sumber daya minyak bumi, paling tidak
Singapura masih bisa mengolah minyak mentah menjadi BBM siap pakai yang siap didistribusikan
di wilayah Asia.
Indonesia saat ini
memiliki 7 kilang minyak Pertamina di wilayah Pangkalan bradan, Dumai, Plaju, Cilacap,
Balikpapan, Balongan, dan Sorong. Namun dari Ketujuh kilang minyak tersebut ternyata
masih belum mampu untuk mencukupi konsumsi BBM masyarakat Indonesia yang sangat
besar setiap harinya. Sehingga Indonesia kemudian membawa minyak mentahnya ke
SIngapura supaya dibantu diolah menjadi BBM siap pakai kemudian diedarkan ke
SPBU seluruh Indonesia. Ya , Indonesia masih tergantung kepada Negara Singapura
untuk dibantu diolahkan minyak mentahnya supaya menjadi BBM siap pakai.
Oleh karena cukup banyak
ketergantungan Indonesia kepada Negara Negara tetangga, pemerintah Indonesia
menjadi sering khawatir setiap tahunnya apabila suatu hari nanti Selat Hormuz
ditutup dan Indonesia tidak bisa membeli minyak mentah nya dari Negara Negara di
Timur tengah, atau ada kasus lain lainnya apabila suatu hari nanti hubungan
Indonesia dengan Singapura memanas, kemudian Singapura memutuskan untuk tidak
lagi mengolah minyak mentah dari Indonesia, apakah yang akan terjadi ? Apakah
jawabannya akan terjadi kelumpuhan Ekonomi karena kelangkaan BBM ?
Saya mencoba menjabarkan beberapa
solusi yang saya coba kumpulkan dari beberapa buku disertai juga dengan
pendapat pribadi untuk tetap mempertahankan produksi minyak dan gas di bumi
Indonesia diantaranya :
- Indonesia harus menjadi bangsa yang mandiri dengan mengurangi ketergantungan dengan bangsa lain. Apabila Kilang minyak kita belum cukup untuk memproduksi BBM, maka Indonesia harus merencanakan pembangunan kilang minyak demi mencapai keseimbangan antara Produksi dan konsumsi BBM. ( Sebagai Informasi bahwa kilang minyak Indonesia terakhir kali dibangun pada jaman Soeharto di tahun 1994)
- Indonesia harus meningkatkan penemuan penemuan cadangan minyak baru sehingga angka produksi 902.000 barrel/hari tidak terus menurun dari tahun ke tahun.
- Indonesia harus menggenjot angka produksi minyak mentah dengan melakukan metode metode terbaru dengan teknologi terkini misalkan menggunakan EOR atau metode lainnya, sehingga produksi per harinya dapat terus terjaga serta meningkat.
- Pemerintah Indonesia harus berani mengedukasi masyarakatnya untuk lebih berhemat BBM, salah satunya dengan mengurai kemacetan, memprioritaskan angkutan umum, mengurangi proyek mobil murah yang hanya menambah kemacetan, merubah pandangan bahwa naik sepeda itu keren dan bisa dilakukan apabila jarak kantor ke rumah cukup dekat, dll.
- Mengurangi subsidi BBM untuk kendaraan pribadi terutama mobil, serta lebih memprioritaskan subsidi BBM untuk angkutan umum sehingga harga tiket menjadi murah.
- Merubah persepsi masyarakan yang mengatakan bahwa “Minyak bumi diwariskan dari nenek moyang” menjadi “Minyak bumi adalah warisan untuk anak cucu.”
- Bekerja keras mengembangkan energy dari sumber daya terbarukan seperti geothermal, Ethanol, mengembangkan mobil listrik, tenaga surya, tenaga angin, dll.
Semoga dengan tulisan tulisan
yang saya buat diatas bisa mengispirasi pembaca untuk membuat Indonesia menjadi
lebih baik. Saya sangat berharap bahwa bangsa Indonesia untuk ke depan-nya
bukan menjadi bangsa yang konsumtif, namun menjadi bangsa yang produktif.
Jaya terus Indonesia.
Denni Pascasaki,
Lautan Afrika Barat.
18 February 2014
Comments
Setahu mas juka dulu sudah pernah mau membuat Joint Venture dengan Kuwait, namun sepertinya belum ada lagi tindak lanjutnya.
Artiket berikut ini dari halaman Merdeka.com juga menarik untuk disimak.
http://www.merdeka.com/uang/dahlan-sebut-pembangunan-kilang-minyak-di-indonesia-mendesak.html